Page 68 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 68
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 43
tersebut supaya tidak menimbulkan perlawanan. Dalam kasus
Rwanda, Ansom menunjukkan bagaimana pemerintah telah menekan
perkumpulan petani kecil melalui “struktur koordinasi” (coordinating
structures) yang pada dasarnya melemahkan posisi petani.
Pada bagian akhir tulisannya, Ansom merekomendasikan
supaya Rwanda khususnya, dan Afrika pada umumnya, membangun
suatu gerakan pertanian transnasional yang bisa saling menguatkan
perkumpulan-perkumpulan petani, memperjuangkan kepentingan
petani gurem, dan memainkan peranan dalam suatu strategi lapisan
multilevel (multi-level sandwich strategy). Strategi inilah yang akan
menjadi koridor bagi gerakan sosial petani gurem Afrika, yang secara
kolektif bisa bangkit untuk menyuarakan kepentingan mereka, dan
melawan pola eksploitasi yang telah meminggirkan petani gurem
dari tanahnya sendiri.
(VRP)
Keterangan: Artikel dpat diunduh di http://www.future-agricultures.org
I.5. Arduino, Serena et al. 2012. ”Contamination of Community
Portable Water from Land Grabbing: A Case Study from Rural
Tanzania”. Water Alternatives Journal, Volume 5, Issue 2, 2012.
Kata Kunci:Tanzania, sumber air, pencemaran, transparansi, resolusi
konlik
Dalam tulisan ini, Arduino membahas dampak land grabbing
pada sumber air di daerah Iringa, Tanzania, serta proses negosiasi yang
terjadi. Tulisan ini didasarkan pada fakta yang diperoleh Arduino dari
kerja lapangan (ieldwork ) yang dilakukannya terhadap komunitas
Iringa. Kasus Iringa termasuk dalam kategori land grabbing dengan
beberapa karakteristik di antaranya adalah berkaitan dengan tanah
seluas 1400 hektar atau mengacu pada deinisi Cotula disebut sebagai
acquisitions (membeli, menyewa) atas sebuah area tanah dengan
luas di atas 1000 hektar. Dalam kasus ini, tuan tanah adalah investor
asing dari Kenya dan mantan pejabat Tanzania. Terdapat dua sumber
mata air yang berada di atas tanah yang disewa. Pasca perjanjian sewa