Page 66 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 66

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  41


              juga  dijelaskan  mengenai mekanisme  terjadinya  penyingkiran  dan
              perampasan serta konsekuensi dan resistensi yang muncul.
                  Mengacu  pada  Marx,  akumulasi  primitif  dideinisikan
              sebagai proses  pelepasan  produsen  dari alat  produksinya. Penulis
              mengartikan  akumulasi primitif  sebagai cara  akumulasi yang
              ditempuh melalui kekerasan dan penyingkiran. Akumulasi primitif
              bisa menjadi awal mula pembentukan modal melalui komodiikasi
              kapitalisme. Dalam tulisan ini, akumulasi primitif dideinisikan dan
              dideinisikan  ulang  dalam  tiga  aspek  yaitu:  1)  akumulasi  primitif
              sebagai suatu proses dinamis dalam sejarah; 2) akumulasi primitif
              sebagai pengubah mekanisme ekonomi dan hubungan sosial; dan 3)
              akumulasi primitif sebagai tindakan kekerasan.
                  Dalam perkembangannya, saat ini banyak aktor yang terdiri dari
              NGO, sektor swasta, lembaga donor, dan agen wisata yang mendorong
              perluasan  area  konservasi baik  melalui pemerintah  pusat  maupun
              komunitas lokal (Chapin 2004, Zoomers 2010). Hal ini menciptakan
              kondisi bagi berjalannya  produksi kapital, yang setidaknya  terjadi
              melalui beberapa  cara  yaitu: 1) memperluas  jangkauan  ekonomi
              pasar; 2) memastikan tersedianya buruh dengan upah rendah, tenaga
              kerja  yang melimpah  dan  pada  akhirnya  memastikan  ketersediaan
              sumber daya konservasi itu sendiri.
                  Kawasan  konservasi mencerminkan   satu  elemen  kunci dari
              proses  akumulasi yang dilakukan  melalui komodiikasi ruang non-
              kapitalis  dan  sumber  daya  bersama. Proses  eksploitasi di kawasan
              konservasi tidak  sama  seperti dalam  praktik  pertambangan,
              misalnya dalam praktik wisata alam (ecoturisme) di Tanzania yang
              pada kenyataannya telah berkontribusi sebesar 17 % pada GDP, serta
              meningkatkan  ekspor  madu. Di balik  angka  kontribusi tersebut,
              NGO multi-nasional mendapatkan    keuntungan  besar  dari bisnis
              tersebut. Dalam konteks ini, praktik konservasi yang dibingkai dalam
              mekanisme  pasar  sesungguhnya  adalah  sarana  akumulasi surplus
              dari bisnis konservasi bagi politisi yang korup, NGO multi-nasional
              dan korporasi. Lebih lanjut, para pelaku yang mengontrol konservasi
              ini mampu mendeinisikan apa yang bisa berlaku dan apa yang tidak

              bisa  berlaku, dan  siapa  saja  yang mendapatkan  keuntungan, dan
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71