Page 146 - Berangkat Dari Agraria
P. 146
BAB III 123
Kronik Hukum Agraria Nasional
keluarga atau kenalannya terkena virus, ia segera percaya dan
bertindak adaptif. Tetapi jika tidak, ia cenderung mengabaikan
kabar penularan virus dan tak mau menerapkan protokol kesehatan
secara ketat.
Ketiga, fenomena yang resisten. Bisa karena sikap politik oposan
terhadap pemerintah atau karena keterbatasan informasi. Kelompok
ini cenderung menolak berita pandemi covid-19. Teori konspirasi
dan aneka dalih kerap digunakan untuk menyangkal serbuan virus
tak pandang bulu ini.
Respons publik
Jika dicermati lebih jauh respons publik terhadap pandemi,
dapat dilihat dari berbagai sisi. Respons dipengaruhi faktor informasi
yang diperoleh, lokasi tempat tinggal dan bekerja di perkotaan,
pedesaan atau pedalaman, strata dalam struktur sosial masyarakat,
dan lainnya.
Era digital dan media sosial yang kini menguat turut
memengaruhi arus informasi yang dikonsumsi publik. Masalahnya,
tak semua informasi yang beredar itu adalah berupa kebenaran. Tak
sedikit kabar bohong yang menyesatkan alias hoaks di dalamnya.
Perlu pengaturan lebih ketat dan kesadaran publik yang tinggi untuk
menyaring informasi pandemi dan dampaknya.
Tak terkendalinya informasi yang sampai ke publik
mempengaruhi persepsi publik atas suatu fenomena. Suatu
informasi yang salah jika gencar diedarkan dan dikonsumsi publik
tanpa disaring, dapat mempengaruhi sikap dan perilaku sebagian
publik lebih lanjut. Bertaburannya informasi sesat terkait covid-19
di media digital dan media sosial, jika tak dikendalikan oleh instansi
yang berwenang ditambah rendahnya kesadaran publik untuk
menyaring informasi, berpotensi membuahkan kekacauan sikap
dan perilaku publik.
Di sinilah peran strategis media massa mainstream (arus utama)
untuk menyajikan infomasi yang objektif, jernih dan bertangung
jawab ke hadapan publik. Media massa cetak dan elektronik turut