Page 42 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 42
Masalah Agraria di Indonesia
seorang bangsa Belanda. Hasil dari penyelidikan ini
kemudian menerangkan bahwa tanah di Jawa adalah milik
raja, karena kekuasaan raja berpindah ke tangan kekuasaan
yang baru (Inggris), maka penguasa baru berhak mengu-
asainya sebagaimana raja menguasainya.
3. Pada waktu pemerintahan Gubernur Jendral V.D. Bosch, di
waktu Belanda sangat memerlukan uang, kemudian men-
jalankan cara baru atas dasar yang lama, yaitu dengan ada-
nya Cultuurstelsel yang selanjutnya terkenal sebagai
malapetaka bagi rakyat Indonesia. Berlakunya Cultuur-
stelsel meneruskan prinsip yang diambil oleh Raffles. Hanya
bedanya kalau Raffles menarik sewa atas tanah yang
dikerjakan rakyat, V.D. Bosch tidak menarik sewa tanah,
melainkan mengambil 1/5 tanah yang dikerjakan rakyat
(dipilih yang baik) di atas tanah itu ditanami tanaman yang
diperlukan oleh Belanda yang akan menghasilkan bahan
ekspor yang berharga tinggi di Eropa. Atas dasar kewajiban
heerendienst, maka tanah itu disuruh dikerjakan rakyat
dengan tanpa imbalan. Dan karena pemeliharaan tanaman
ekspor itu (tebu, kopi, nila, tembakau, teh, dll,) memerlukan
tenaga yang sangat banyak, maka praktiknya tenaga para
petani hanya dipergunakan untuk mengerjakan tanah Cul-
tuurstelsel, hingga pertaniannya sendiri terlantar, sedang-
kan dari Cultuurstelsel tidak mendapat upah. Karena cul-
tuurstelsel itu, maka perkebunan barat yang sudah ada pada
waktu itu tertekan hidupnya. Untuk menyingkirkan per-
saingan dalam soal perkebunan tanaman bahan ekspor,
maka mulai waktu itu ditetapkan pemerintah tidak lagi
menjual tanah kepada orang partikelir seperti yang sudah-
sudah. Perdagangan ekspor hasil perkebunan dimonopoli
21