Page 146 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 146

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  123


              perombakan pemilikan  dan penguasaan  tanah  serta  hubungan-
              hubungan hukum yang  bersangkutan dengan pengusahaan tanah
              dalam  mewujudkan  pemerataan kemakmuran  dan keadilan,
              tidak  imbang dalam  pelaksanaan dan  hanya dititikberatkan  pada
              pemberian  tanah  kepada petani-petani penggarap  (petani  tanpa
              punya tanah), tanpa kebijakan ikutan pendukung yang lain.
                  Seharusnya pemberian tanah kepada petani harus diikuti dengan

              kebijakan ikutan lainnya,  seperti kebijakan  pembukaan  tanah-
              tanah pertanian  baru, usaha-usaha  mempertinggi produktivitas,
              kebijakan harga-harga hasil pertanian yang menguntungkan petani,
              penyediaan kredit  ringan, kebijakan harga  saprodi  yang murah,
              bimbingan  dan pelatihan-pelatihan  kepada petani,  dan usaha
              pemasaran produk-produk pertanian,  tanpa  itu  semua  mustahil
              landreform dapat berhasil dengan baik.

                  Sebenarnya  pada  masa  Orde  Baru-hingga  sekarang, program
              landreform juga masih  ada.  Hanya  saja  pelaksanaan-nya jauh
                                         36
              lebih bergaung/hebat untuk menyediakan tanah bagi perusahaan-
              perushaan besar dari pada untuk rakyat petani. Ibaratnya program
              landreform  untuk  rakyat  petani  dilaksanakan  menggunakan
              moda  transportasi  becak,  sementara  program yang  disediakan

              untuk kepentingan  perusahaan-perusahaan besar,  baik  di bidang
              perkebunan,  pertanian,  industri,  maupun  pengelolaan  hutan
              menggunakan moda transportasi pesawat terbang.
                  Konteks yang demikian, jelas dari daya angkut dan kecepatannya

              tentu perusahaan yang diuntungkan, dibandingkan dengan rakyat
              petani/penggarap. Petani  penggarap hingga  saat ini  tetap belum



                  secara  terencana  sesuai dengan daya dukung dan  kemampuannya.
                  Lihat lebih lanjut Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah...,
                  Op. Cit., hlm. 3.
              36  Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah..., Ibid., hlm. 398-
                  410.
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151