Page 246 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 246

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  223


              tersendiri sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf e, misalnya
              dalam UU Pertanahan atau UU Hak-Hak atas tanah.
                  Memperhatikan uraian Pasal 66 ayat (1) UUJN di atas  bahwa
              untuk  kepentingan proses peradilan, penyidik,  penuntut umum,
              atau hakim harus ada persetujuan dari MPD, telah dinyatakan tidak
              mempunyai  kekuatan hukum mengikat  oleh MK.  Hal demikian
              sejalan dengan teori perlidungan hukum. Teori perlindungan hukum

              mengajarkan bahwa warga negara mendapat jaminan perlindungan
              hukum terhadap perbuatan pemerintah di  bidang  hukum publik.
              Artinya terkait dengan tindakan pemerintah yang merugikan warga
              negara pada  bidang pembuatan peraruran perundang-undangan
              (regeling)  dapat  mengajukan gugatan atau  keberatan.  Gugatan/
              keberatan atas  lahirnya  suatu  undang-undang  yang  dianggap
              bertentangan dengan konstitusi dapat diajukan uji materi/judicial

              review ke Mahkamah Konstitusi.
                  Instrumen  judicial  review dalam  rangka  memberikan
              perlindungan hukum kepada warga negara dimaksudkan pemerintah
              dalam membuat regulasi, keputusan atau menjalankan kewenangan
              bebas  tidak  sampai menyebabkan kerugian  atau melanggar hak-
              hak warga negara, dan berdampak hak-hak atas tanah WNI mudah

              beralih dan dieksploitasi oleh orang asing.
                  Sangat  disayangkan, bahwa UUJN yang  baru yaitu  UU No. 2
              Tahun 2014  tentang Perubahan UU  No. 30  Tahun 2004  tentang
              Jabatan Notaris memasukkan kembali “perlindungan” notaris ini

              melalui frasa “dengan persetujuan Majelis Kehormatan”, pada Pasal
              66 ayat (1). Selain mengganti isi Pasal 66 ayat (1), pasal ini ditambah
              dengan dua ayat, yaitu ayat (3) dan ayat (4), sehingga Pasal 66 yang
              baru terdiri dari empat ayat.
                  Semula,  wewenang  untuk  memberikan persetujuan  kepada
              penyidik, penuntut umum, atau  hakim untuk  due  process  berada

              di tangan Majelis Pengawas Daerah, sekarang dengan UUNJ yang
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251