Page 249 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 249

226   FX. Sumarja


            sangat merugikan orang Indonesia, meskipun dalam memutus telah
            sesuai  dengan hukum  yang berlaku.  Hal ini  disebabkan  tujuan
                                              1
            aturan larangan  pengasingan  tanah  di  masa kolonial  menurut
            Logemann memang hanya  untuk mengatur  suatu  perlindungan
            secara  terbatas bagi  penduduk Indonesia.  Setelah mendapat
                                                     2
            kritik tajam dari Logemann, putusan hakim berikutnya berubah.
                                                                        3
            Pendapat Logemann inilah tampaknya yang kemudian diikuti oleh
            pembentuk UUPA, khususnya dalam merumuskan ketentuan Pasal
            26 ayat (2). 4

                Pada  tataran penegakan  aturan  larangan pengasingan  tanah
            yang  termuat dalam  Grondvervreemdingsverbod  (Stbl. 1875  No.
            179)  telah  terjadi  perdebatan  sengit antara  van  Hattum dengan



            1   Putusan hakim  van Hattum  di  Landgerecht Indramayu 1933,
                menyatakan bahwa  perbuatan jual  beli  batal  demi  hukum  dan
                tanah  tidak menjadi  tanah negara bebas,   sehingga  penjual harus
                mengembalikan uangnya  dan pembeli  mengembalikan  tanahnya.
                Dalam situasi seperti ini penjual (orang  Indonesia) akan mengalami
                kesulitan dan kerugian yang lebih besar. Uang yang  pernah ia terima
                sudah habis, ia akan kesulitan mengembalikannya dan ia akan lebih
                banyak lagi mengeluarkan uang untuk mengembalikannya. Putusan
                Hooggerechtshof 1937, menyatakan tidak setiap pelanggaran larangan
                pengasingan tanah berakibat menjadi tanah negara bebas. Pendirian
                van Hattum disetujui oleh Ter Haar dan Supomo. (Sudargo Gautama,
                Hukum Agraria..., Ibid., hlm. 87-88).
            2   Sudargo Gautama, Hukum Agraria..., Ibid., hlm. 77.
            3   Putusan  Landgerecht (pengadilan tanah) Magelang tahun 1928, yang
                ditangani  Mr. Letterie (kasus  stroovrouwen,  Minah)  tanah  objek
                sengketa  menjadi  tanah negara bebas (vrij landsdomein), pihak
                penjual tidak perlu mengembalikan uang yang telah diterimanya, dan
                orang asing dihukum karena melanggar  Stbl. 1912  No 177,  Putusan
                Landraad (dewan tanah) Brebes tahun 1933 (kasus  Moesawa sebagai
                kedok dari Baoedjir), menyatakan tanah objek sengketa  menjadi tanah
                negara bebas (vrij landsdomein) (Sudargo Gautama, Hukum Agraria...,
                Ibid., hlm. 89). Tentu yang dipikirkan lebih lanjut adalah pelanggaran
                terhadap larangan kepemilikan tanah hak milik oleh orang asing, bagi
                si kedok/strooman/ nomine atau yang dipinjam namanya. Seringkali
                pelanggaran larangan kepemilikan tanah hak milik oleh orang asing
                pada saat ini, justru diawali dan dikendalikan oleh strooman.

            4   Gouwgioksiong, Tafsiran..., Op. Cit., hlm. 109.
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254