Page 271 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 271

248   FX. Sumarja


                Sembilan  jenis urusan pemerintahan  bidang  pertanahan
            yang menjadi  kewenangan  pemerintah Kabupaten/Kota  adalah:
            1) Pemberian izin lokasi;  2) Pengadaan  tanah  untuk kepentingan
            umum;  3)  Penyelesaian  sengketa  tanah  garapan;  4)  Penyelesaian
            masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan;
            5)  Penetapan objek dan  subjek  redistribusi  tanah,  serta ganti
            kerugian tanah kelebihan maksimum dan  absentee; 6) Penetapan
            tanah ulayat; 7) Penyelesaian, inventariasi dan pemanfaatan tanah
            kosong; 8)  Penerbitan izin membuka  tanah;  dan 9) Perencanaan

            penggunaan  tanah  wilayah Kabupaten/Kota, kecuali  urusan no.
            2)  yaitu pengadaan  tanah untuk  kepentingan umum.    Dengan
            demikian, urusan pemerintahan di bidang pertanahan yang menjadi
            urusan Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri dari delapan urusan.
                Berdasarkan Keppres No. 26 Tahun 1988 di dalam tubuh BPN

            terdapat deputi Bidang Pengaturan Penguasaan dan Penatagunaan
            Tanah,  namun tetap  saja  persoalan  pengawasan terhadap tanah-
            tanah yang terkena ketentuan Pasal 21 ayat (3), (4) dan Pasal 26 ayat
            (2) UUPA belum mendapat perhatian. Akibatnya pada saat terjadi
            penyelundupan  hukum  dalam  pemindahan  hak  milik  atas  tanah
            kepada orang asing tidak dapat diketahui, dideteksi dan tidak dapat
            dicegah sejak awal. Padahal, penyelundupan hukum itu seringkali
            melibatkan oknum-oknum BPN, Notaris/PPAT, Pengacara, Camat,
            dan  Lurah/Kepala  Desa, termasuk pihak yang dipinjam  namanya.

            Artinya  penyelundupan hukum  dapat berlangsung karena ikut
            sertanya aparat pemerintah, penegak hukum dan warga masyarakat.
            Termasuk, jika ada WNI pemegang hak milik atas tanah kemudian
            menikah dan/atau menjadi WNA, harusnya dalam waktu satu tahun
            sejak menjadi WNA harus melepaskan hak milik atas tanahnya atau
            melakukan perubahan hak.

                Terhadap  pelaksanaan  atau  implementasi  ketentuan  Pasal
            21  ayat (3)  dan Pasal 26  ayat (2) UUPA harus  ada lembaga  yang
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276