Page 118 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 118
b) SRA harus mempunyai stok untuk supai pasar,
jika hendak masuk ke mekanisme pasar, dan
kemampuan stok ini sangat dipengaruhi oleh
produktivitas lahan yang ditentukan oleh luas
lahan;
d. SRA diasumsikan sebagai petani subsisten daripada
industri karena berbagai keterbatasannya tersebut,
kecuali ada teknologi pascapanen yang dapat
mengawetkan komoditas untuk jangka waktu yang
lama, sehingga akumulasi produk dapat masuk
skala industri dengan kualitas baik.
d. Model Kolaborasi Lintas Sektor
Model ini menggunakan pendekatan kelembagaan,
dalam arti optimalisasi fungsi lembaga. Model
Kolaborasi Lintas Sektor mengandalkan kerjasama antara
pemerintah daerah/OPD, Civil Society Organization
(CSO)/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan/
atau Badan Usaha dengan SRA dalam pengelolaan dan
pemanfaatan SSA dan peningkatan kapasitas ekonomi
SRA. Menurut Petunjuk Teknis Penataan Akses 2023,
kolaborasi ditakrifkan sebagai upaya koordinasi dan
konsolidasi berbagai pihak dengan kepentingan yang
berbeda untuk menghasilkan kesamaan visi dan misi
dalam langgam mutualistik.
Secara teori, model ini dikembangkan dari konsep
Kolaborasi Penyelenggaraan Pemerintahan (collaborative
governance), yang ditakrifkan oleh Ansell dan Gash
(2007) sebagai “strategi dalam tata kelola pemerintahan
6
yang membuat beragam pemangku kebijakan aktor non-
pemerintahan berkumpul di forum yang sama untuk
membuat sebuah konsensus bersama dengan tujuan
untuk membuat atau mengimplementasikan kebijakan
publik, mengelola program atau aset publik”.
6 Ansell, Chris, & Alison Gash, 2007, Collaborative Governance in Theory and Practice,
Journal of Public Administration Research and Theory, Vol.18 No.4, Hlm. 543
BAB III 103
PENATAAN AKSES EKOLOGIS