Page 190 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 190

dan Pemberdayaan Masyarakat (KBPM) Restu Bumi  pada 2005-
            2007 di sejumlah daerah: Propinsi DIY (Kulonprogo, Gunungkidul,
            Bantul), Jawa Tengah (Klaten, Pekalongan), dan Jawa Timur (Ponpes
            Tebu Ireng Jombang),  untuk  pertama kalinya,  saya memberanikan
            diri  menjadi buruh  kontrak  Negara,  sebagai  Tenaga  Pendukung,
            istilah menterengnya ialah  Fieldstaf  (FS)  Kantor Pertanahan
            Kabupaten Bantul (Kantah Bantul)  pada 2021  silam. Namanya  saja
            Tenaga Pendukung, posisinya pelengkap dan terbawah dalam hirarki
            perburuhan… Maaf, maksud saya ketenagakerjaan, bukan pihak yang
            diutamakan. FS ibarat kutil  di  pinggir bibir  kloaka  dan  seringkali
            tersembur isinya.
                Menjadi  buruh kontrak berplat merah  tidaklah  seseram yang
            dibayangkan kebanyakan orang—frasa bercetak miring itu bermakna
            ganda: bisa kurang  atau bisa lebih, meskipun  tetap menyeramkan
            bagi masyarakat  yang  belum menyadari  posisi  agungnya  sebagai
            pemegang  tampuk kedaulatan Negara karena kekuasaan  terlanjur
            dianggap melekat pada sepotong seragam, selembar surat tugas, atau
            sekeping tanda pengenal. Tapi percayalah, nasib saya tak lebih baik
            dari buruh partikelir, kami sama-sama dikondisikan bersaing meraih
            upah murah meriah.

                Meski kecil, kekuasaan itu ada manfaatnya. Bagi kepala negara
            merangkap  kepala  pemerintahan  yang otoriter  (seperti dinasti
            Kim  di Korea Utara), kekuasaannya bisa  dilanggengkan menjadi
            politik dinasti dengan berbagai cara: memperpanjang masa jabatan,
            merekayasa  iklim peradilan,  memanipulasi peraturan perudangan-
            undangan  demi nepotisme, hingga menunda  pemilu  dengan
            memanfaatkan pandemi atau kekacauan yang sengaja diciptakannya,
            kendati siapapun tahu, Chairil Anwar pernah mengingatkan: hidup
            hanyalah menunda kekalahan. “Kalau sampai waktuku berhenti,
            aku ingin berkuasa seribu tahun lagi”, sumpah ditimpuk asteroid
            Ceres bareng-bareng, kalimat bercetak  tebal ini  bukan  penggalan
            puisi Chairil Anwar.

                FS bisa juga melanggengkan kekuasaan dengan memperpanjang
            masa  kerja  meski  kontrak  sudah  usai (lebih  brutal,  bukan?),


                                                                 BAB V  175
                                                  Catatan Harian Petugas Lapangan
   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195