Page 68 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 68

BAB III

                       PENATAAN AKSES EKOLOGIS












            Bab ini  dimulai  dengan menguraikan konsep Pemberdayaan
            Masyarakat  dan Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma  Agraria
            sebagai  bentuk  Penataan  Akses, didahului  dengan argumentasi
            mengapa pendekatan pemberdayaan penting  sebagai  alternatif
            dalam pembangunan  daripada pendekatan  yang  menciptakan
            ketergantungan  dan ketimpangan.  Selanjutnya,  praktik  Penataan
            Akses Ekologis pada Penataan Akses RO I TA 2023 di Desa Panjangrejo
            dalam rangka Reforma Agraria diuraikan kemudian.
                Sepanjang periode Pelita I hingga VII, pembangunan Indonesia
            lebih banyak berkiblat pada pendekatan ekonomi pertumbuhan, yang
            dampaknya meluas ke berbagai sektor dengan indikasi utama yaitu
            ketimpangan dan ketergantungan (Sulistiyani 2017).
                Pendekatan tersebut menampakkan pertumbuhan ekonomi yang
            signifikans dari 2,5 % (1985) menjadi 7,5 % (1989) dan turun 6 % (1992),
            angka  ini diukur dari  sisi  pertumbuhan ekonomi  makro  nasional
            (Djojohadikusumo 1994). Akan tetapi, Soeharto (1995) melalui Pidato
            Kenegaraan Presiden RI 16 Agustus 1995 melaporkan, selama periode
            1989-1994, penerimaan dan pengeluaran pusat berturut-turut sebesar
            Rp. 260,428  M (95,75%)  dan Rp. 11,55  M (4,25%),  dibandingkan
            dengan penerimaan dan pengeluaran daerah untuk periode yang sama
            sebesar Rp. 216,027 M (78,85 %) dan Rp. 57,953 M (21,15 %), akibat dari
            postur APBN tersebut ketergantungan daerah kepada pusat mencapai
            80  % (Baswir  1999  dalam  Sulistiyani 2017),  sementara  itu  sumber
            daya modal pembangunan justru berasal dari berbagai daerah bukan
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73