Page 120 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 120
Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
Perusahaan atau penduduk yang tidak mampu mem-
bayar pajak diwajibkan untuk menyerahkan atau dicabut hak
pakai tanahnya dan bahkan diperintahkan untuk mening-
galkan (kathundung) dari tanah yang mereka tempati. Pada
awal mulanya, penduduk yang memakai tanah kasultanan,
tetapi tidak dapat membayar pajaknya, diperingatkan untuk
membayar atau mengangsurnya. Apabila setelah mendapat
peringatan mereka tetap tidak dapat membayar atau
mengangsurnya, mereka akan diajukan ke pengadilan untuk
memecahkan permasalahan itu.
K.A. Portman direktur N.V. Ismaatschappij “Mataram”
pernah diperingatkan sebanyak enam kali agar membayar
atau mengangsur kekurangan (tunggakan) uang pajak sewa
tanah yang berada di Kota Yogyakarta. Pada 1 Mei 1920 N.V.
Ismaatschappij menyewa tanah kasultanan untuk didirikan
pertokoan dan warung (omah pangedolan). Dalam surat
keputusan (kekancingan) terdapat delapan ruang pertokoan
yang terletak di Tugu Kulon, Barat Dalem Tugu, timur trotoir
Jalan Malioboro, sebelah timur di Kampung Danurejan, utara
jalan pasar, (dekat kamar bolah militer), sebagian di pasar
yang letaknya di depan kantor residen (dekat pertokoan
Ismaatschappij milik Wapen en Rijwill Handel Nimrod),
sepanjang jalan di Kampung Ngabean (dekat pekarangan
kantor kabupaten kota). 62
Pada 1 Maret dan 1 Desember 1922, serta 1 September
62 Sewan Tanah Boeat Berdirikan Roemah Pendjoealan ke-
punjaannja N.V. Ysmaatschappij “Mataram”, Arsip Keraton Yog-
yakarta, no. 270, tahun 1920.
101