Page 129 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 129

Nur Aini Setiawati

            jamannya pada waktu yang telah ditentukan. Dengan demi-
            kian, secara resmi tanah digadaikan oleh pemiliknya. Praktik
            penggadaian pekarangan itu tidak mendapat izin dari kawe-
            danan, sehingga satu-satunya cara adalah penjualan secara

            umum dengan penawaran diam-diam yang menyangkut
            penyewaan kepada penjual dan tawaran pembelian kembali.
                Untuk keperluan bangunan-bangunan bagi kepentingan
            umum, keraton dapat mengambil (onteigenen) tanah peka-
            rangan. Keraton mengganti kerugian atas tanaman dan ru-
            mah, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, yaitu atas
            tanah pekarangan (kepunyaan raja) penduduk hanya memiliki
            hak pakai. Hal ini juga terjadi pada perluasan kampung-
            kampung yang didiami orang-orang partikelir atau pembu-
            kaan tanah sepanjang tepi sungai. Kampung itu dimasukkan
            dalam satu golongan. Sejak itu, mereka masuk indung kawe-
            danan dan seterusnya memiliki kewajiban-kewajiban kepada
            kawedanan. Akan tetapi, lahan itu dapat pula berdiri sendiri
            sebagai pekarangan “patuh negari” atau “kebonan”.
























            110
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134