Page 153 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 153

Nur Aini Setiawati

            hak andarbe itu sering mengakibatkan persengketaan di
            masyarakat.
                Persengketaan tanah kasultanan itu juga terjadi antara
            lembaga-lembaga negara dengan pihak kasultanan. Perseng-

            ketaan itu dapat dilihat pada kasus tanah yang digunakan
            oleh pemerintah daerah yang diartikan sebagai “hak milik
            penuh”. Pengertian hak milik itu sendiri sering menimbulkan
            kesalahpahaman. Rumah residen di Yogyakarta pada mula-
            nya tidak tercatat dalam register hak milik, baru kemudian
            dimasukkan dalam register. 27
                Adanya kesalahpahaman tentang pengertian hak  milik
            atas tanah itu mengakibatkan kasultanan menetapkan bahwa
            pelepasan tanah kasultanan kepada gubernemen bukan
            sebagai hak milik, tetapi merupakan pelepasan untuk dipakai.
            Pelepasan tanah itu dimaksudkan untuk memenuhi kewa-
            jiban yang dibebankan kepada pemerintah daerah dalam
            menyediakan tanah-tanah untuk kepentingan umum seperti
            yang dipakai oleh Dinas Kereta Api (Staats Spoorwegen)

            dengan hak sewa. Dengan demikian, tanah itu dilepaskan
            berdasarkan hak membangun, dan perusahaan harus meme-
            nuhi pembayaran sewa setiap tahun. 28
                Persediaan tanah-tanah di daerah kasultanan yang digu-
            nakan untuk benteng-benteng dan kepentingan umum lain-
            nya berjalan terus jika negara tidak memikirkan hak atas
            tanah. Tanah-tanah itu diizinkan oleh sultan dipakai untuk




                27  Agenda Algemeene Secretarie, Ag no. 16273, Januari 1922.
                28  Bijblad, no. 9005.

            134
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158