Page 155 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 155

Nur Aini Setiawati

            Besarnya ganti rugi adalah separo dari seluruh ganti rugi
            atas hilangnya hasil pendapatan tanah itu. Akan tetapi,
            terhadap tanah-tanah tersebut baik mendapat ganti rugi
            maupun tidak pihak kasultanan hanya memberikan hak pakai

            selama masih diperlukan. Sebagaimana terlihat pada 1903,
            penggunaan tanah untuk pembangunan tempat penjualan
            candu diizinkan, meskipun hanya di beri hak pakai. 30
                Pelepasan tanah-tanah kasultanan untuk negara, muncul
            karena adanya tuntutan dinas-dinas pemerintahan yang
            menginginkan hak milik penuh atas tanah yang digunakan,
            dan keinginan untuk bebas dari semua beban serta pertang-
            gungjawaban  secara hukum. Pengurus Dinas Kereta Api da-
            lam suratnya 30 Agustus 1919 menyatakan bahwa dinas itu
            mempunyai cita-cita untuk mendapatkan tanah dengan sta-
            tus hak milik penuh, sehingga dengan kekuasaannya dinas
            tersebut secara penuh dapat mengatur tanah-tanah tersebut. 31
                Meskipun biaya pemeliharaan tanah-tanah yang digu-
            nakan untuk kepentingan umum dibiayai oleh negara, sta-

            tus hak tanah itu tidak dapat ditetapkan menjadi hak milik
            negara. Bahkan, dalam setiap penobatan sultan telah diten-
            tukan bahwa kasultanan telah meminjamkan tanah-tanah
            untuk kepentingan umum dan ketetapan itu telah diterima
            oleh Direktur Pemerintahan Dalam Negeri sebagai ketentuan
            tentang “hak pakai” atas tanah-tanah kasultanan. Di samping
            itu, gubernemen juga tidak dapat membuktikan adanya hak




                30  Agenda Algemeene Secretarie, Ag no. 16273, Juni 1922.
                31  Ibid.

            136
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160