Page 38 - Tanah Bagi yang Tak Bertanah: Landreform Pada Masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965
P. 38
TANAH BAGI YANG TAK BERTANAH
seperti yang diharapkan. Sektor modal asing merasa lebih
aman beroperasi pada bidang-bidang yang umum dija-
lankan pada masa kolonial tanpa perlu menanamkan
investasi alat dan teknologi yang lebih maju. Melimpah-
nya tenaga buruh dan upah yang rendah sudah mem-
berikan jaminan bagi mereka untuk memperoleh keun-
tungan besar dalam usaha perkebunan, manufaktur, per-
tambangan dan pengangkutan yang merupakan jenis
usaha yang tidak memerlukan modal besar dan tekonomi
industri tinggi. Selain itu, para pengusaha pribumi yang
telah didukung oleh pemerintah lebih suka menginves-
tasikan modal hanya pada sektor perdagangan di mana
keuntungan tinggi dapat dicapai dengan risiko kecil. 36
Modal asing tetap menjalankan dominasi mereka da-
lam sektor pertambangan, perkebunan, transportasi dan
manufaktur sebagaimana yang terjadi sejak periode kolo-
nial. Berkat dukungan pemerintah, perusahaan-perusa-
haan asing sperti Algemeene Landbouw Syndicaat/
AVROS (perkebunan); The Batavia Petroleum Co.
(minyak); British & American Tobacco Co. (tembakau);
Koninklijke Paketvaart Maatschappij (pelayaran) kembali
berbisnis di Indonesia meskipun dengan tingkat opera-
sional lebih rendah dibanding tingkat produksi mereka
pada masa sebelum perang. Keuntungan besar dari eks-
37
ploitasi ekonomi yang diraih oleh investor asing didu-
kung oleh kebijakan pemerintah dalam mendisiplinkan
buruh untuk menjamin tingkat produksi, melalui per-
aturan larangan mogok pada awal 1951 yang didasarkan
36. Dr. V. Arkhipov. “Economics and Economic Policy in Indonesia. 1945 to
1968.” (?). hal. 67.
37. Audrey G. Donnithorne, “Western Business in Indonesia Today,” dalam
Pacific Affair, Vol. XXVII, No. 1, March 1954. hal. 27-40.
32

