Page 33 - Tanah Bagi yang Tak Bertanah: Landreform Pada Masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965
P. 33
LANDASAN KEMISKINAN DAN KETERBELAKANGAN EKONOMI
pemilik-pemilik tanah partikulir yang biasanya adalah
pengusaha Tionghoa, dan para kapitalis sewa. Dengan
demikian, di samping proses marjinalisasi mayoritas
kaum tani menjadi tani tak bertanah dan tani miskin, ter-
dapat pula segolongan minoritas yang memonopoli tanah
desa yang umumnya berasal dari kalangan berpengaruh
dalam masyarakat pribumi, misalnya pejabat desa.
PENGUASAAN TANAH DI PEDESAAN
Periode kolonial sampai dengan kekuasaan pemerintah
republik dengan tegas menunjukkan perkembangan pola
hubungan-hubungan sosial yang menandai basis produk-
si agraria di pedesaan Jawa. Suatu penelitian tentang me-
nguatnya kedudukan tuan tanah pada 1950-an menun-
jukkan sekitar 0,5-1 persen golongan tuan tanah di desa
Cibodas secara keseluruhan menguasai separuh dari selu-
ruh tanah desa. Masing-masing memiliki tanah seluas 12
hektar atau lebih dan menanam tanaman komersial se-
perti tomat, kentang, dan kubis untuk dipasarkan. Selain
menikmati hidup mewah, mereka juga aktif menginves-
tasikan uangnya dalam usaha transportasi di pedesaan
seperti truk, taksi, dan motor. Perkembangan yang ter-
29
jadi dalam periode ini membuktikan bahwa para tuan
tanah tidak lagi sekadar memainkan perannya sebagai
“kapitalis sewa” di pedesaan.
29. H. ten Dam. “Coorperation and Social Structure in the Village of
Chibodas,” dalam W.F. Wertheim. (ed). Indonesian Economics: The
Concept of Dualism in Theory and Policy. W. Van Hoeve Publ. Ltd.:
Hague, 1966, hal. 362-363.
27

