Page 57 - Tanah Bagi yang Tak Bertanah: Landreform Pada Masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965
P. 57

PEMERINTAHAN REPUBLIK DAN MASALAH AGRARIA

                  Ketika kabinet Soekiman mengumumkan program
               pemerintah di depan rapat Dewan Perwakilan Rakyat
               tanggal 28 Mei 1951, prinsip dasar yang dikemukakan Dr.
               Soekiman dalam kesempatan itu adalah memperbaharui
               hukum agraria kolonial berdasarkan  Agrarische Wet
               tahun 1870. Dalam pidatonya, Perdana Menteri Soeki-
               man menyatakan pemerintah akan membentuk undang-
               undang pokok hukum tanah yang menjadi dasar pem-
               baruan peraturan agraria kolonial.
                  Lebih rinci lagi, yang disinggung dalam kesempatan
               tersebut adalah masalah hak tanah seperti hak eigendom,
               postal, erfpacht, penghapusan lembaga kleinlandbouw-
               parceel dan pembelian kembali tanah partikulir oleh pe-
               merintah. Mengenai perusahaan perkebunan besar, pe-
               merintah berusaha membentuk hukum tanah yang me-
               mungkinkan pembatalan hak tanah perkebunan, dengan
               patokan perusahaan tersebut tidak memenuhi syarat
               yang ditentukan oleh pemerintah. Tanah yang dibatalkan
               haknya tersebut akan dibagikan kepada petani. 10
                  Meskipun demikian, sepanjang periode kekuasaan
               kabinet parlemen, usaha merancang suatu hukum agraria
               nasional tidaklah berjalan dengan mulus. Pertentangan
               politik antar berbagai golongan menyebabkan sulitnya
               diambil suatu langkah pasti yang dapat mengatur tatanan
               agraria. Hal ini masih ditambah oleh ketidaktegasan pe-
               merintah karena diikat oleh butir-butir perjanjian KMB.
               Dalam konteks kebijakan KMB, pemerintah wajib melin-
               dungi usaha-usaha perkebunan Belanda yang beroperasi
               di Indonesia dengan timbal baliknya berupa tiga pokok
               kebijakan, yaitu jaminan upah riil yang baik, keikutser-


               10. Ibid., hal. 4186-4187.

                                        51
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62