Page 162 - Prosiding Agraria
P. 162

Quo Vadis GTRA:   147
                                                           Upaya Sistematis Pendefinisian Layanan Pertanahan Terintegrasi

             C.  Kerja Sama dan Koordinasi
                  Studi ini melihat GTRA sebagai suatu layanan yang terintegrasi (Service integration/SI).

             Untuk mendefinisikan inisiatif layanan tersebut Ellen Konrad menawarkan kerangka kerja
             multidimensi. Dalam pandangannya sebuah pelayanan terintegrasi diibaratkan sebagai dua
             buah titik kontinum dari tingkat informal di satu titik dan level formal di titik seberangnya.
             Dalam  rentang itu  terdapat lima level integrasi,  yakni:  pertukaran informasi, kerja  sama

             dan koordinasi, kolaborasi,  konsolidasi,  dan integrasi (Konrad, 1996). Karena  tulisan  ini
             memandang organisasi GTRA berada di level kerja sama dan koordinasi, pembahasan berikut
             difokuskan kepada seluk beluk koordinasi.

                  Salah satu aspek yang memegang peran penting dalam keberhasilan sebuah kebijakan
             adalah keberadaan  organisasi  yang memiliki kapasitas  untuk menyampaikan (delivery

             system) kebijakan kepada masyarakat (Purwanto & Sulistyastuti, 2012). Pada beberapa aspek
             GTRA  dapat  dianggap memiliki kapasitas  untuk menyampaikan kebijakan  secara  efektif.
             GTRA dapat dikatakan sebagai respon pemerintah menanggapi kebutuhan masyarakat yang
             semakin beragam. GTRA adalah wujud pengakomodasian berbagai kepentingan yang tertaut

             dengan  sektor  pertanahan.  Secara  organisatoris, GTRA belum menunjukkan  diri  sebagai
             sebuah organisasi yang memiliki kapabilitas mapan yang anggotanya memiliki posisi setara.

                  Sebagaimana buku Petunjuk Pelaksanaan Struktur Gugus Tugas Reforma Agraria tahun
             2023, struktur organisasi GTRA di level kabupaten/kota adalah struktur pelaksana harian
             yang terdiri dari: Ketua (kepala kantor pertanahan); Koordinator Sekretariat (Kasi Penataan

             dan Pemberdayaan); Satgas Penataan Aset; Satgas Penyelesaian Sengketa, Konfik, dan Tanah
             Transmigrasi; Satgas Penataan Akses; dan Tenaga-tenaga Pendukung GTRA. Dalam struktur
             ini terdapat garis dan garis putus-putus. Akan tetapi tidak dijelaskan makna garis ini. Dalam
             praktik, tugas-tugas GTRA ini hampir seluruhnya dilakukan oleh kepala seksi penataan dan

             pemberdayaan dan staf, kecuali untuk kegiatan-kegiatan yang menuntut keahlian spesifik.

                  Meskipun memiliki kesamaan makna, definisi koordinasi dikatakan secara berlainan.
             Malone  dan Crowston (1994)  dan Berntzen (2023)  mengatakan bahwa koordinasi  adalah
             proses mengelola ketergantungan. Lalu, Santos, Zen dan Bittencourt (2022) mengilustrasikan
             koordinasi sebagai upaya orkestrasi untuk penyelarasan motivasi dan aktivitas aktor. Sementara,
             B. Guy Peters (2018)  mengatakan bahwa koordinasi  adalah  upaya mempertimbangkan

             keputusan yang dibuat di tempat lain agar tidak terjadi konflik seraya memikirkan solusi yang
             menguntungkan semua organisasi yang terlibat. Bagi Ellen Konrad kerja sama dan koordinasi
             terjadi  jika entitas didalammnya  berkerja  sama  mengubah  prosedur atau  struktur  untuk

             keberhasilan sebuah program. Dari pendefinisian koordinasi tersebut tersirat bahwa untuk
             dapat berkoordinasi Setidaknya haru ada lebih dari satu entitas.

                  Koordinasi adalah proses penting dalam organisasi atau pemerintahan yang melibatkan
             penyelarasan berbagai kegiatan atau unsur untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan utama
             koordinasi adalah menciptakan efektivitas organisasi, mencegah konflik, dan memelihara
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167