Page 234 - Prosiding Agraria
P. 234

Konstruktivisme Penataan Akses Reforma Agraria:   219
                                                                 Dinamika Kesejahteraan Masyarakat Inklusi Multi Aspek

             dapat  meningkatkan efektivitas dan efisiensi  program  tersebut.  Kolaborasi dalam  Tim
             GTRA memungkinkan berbagai perspektif dan keahlian disatukan untuk mencapai tujuan
             bersama. Dengan melibatkan akademisi, program ARA dapat memanfaatkan penelitian dan

             pendekatan ilmiah dalam implementasinya. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam tim ini
             memastikan bahwa program ini sesuai dengan kebutuhan lokal dan mendapatkan dukungan
             dari masyarakat setempat (Bryson, Crosby, & Stone, 2015).

                  Keterlibatan berbagai organisasi pemerintah baik instansi vertikal Kantor Pertanahan
             maupun organisasi  pemerintah  daerah  (OPD)  dalam  program  ARA  juga dapat  dianalisis

             menggunakan teori partisipasi masyarakat. Teori ini menekankan pentingnya partisipasi aktif
             dari semua lapisan masyarakat dan organisasi dalam proses pembangunan untuk mencapai
             hasil yang lebih berkelanjutan dan inklusif (Quick & Feldman, 2011).

                  1.  Kantor Pertanahan/Badan Pertanahan Nasional
                     Program Penataan Akses Reforma Agraria (ARA) di Kota Tegal diatur berdasarkan

                     Pasal 69 (2) Perpres Nomor 62 Tahun 2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Reforma
                     Agraria, yang menetapkan Kepala Kantor Pertanahan sebagai Ketua Pelaksana Harian
                     GTRA tingkat kabupaten/kota. Ini berarti bahwa Kepala Kantor Pertanahan memiliki
                     tanggung jawab  penting  dalam mengkoordinasikan  tim  untuk mensukseskan
                     program ARA, melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak-pihak lain

                     yang  terkait. Menurut  teori manajemen proyek,  keberhasilan suatu proyek sangat
                     dipengaruhi oleh kemampuan manajer proyek dalam mengkoordinasikan berbagai
                     sumber daya dan pemangku kepentingan. Kepala Kantor Pertanahan, sebagai Ketua

                     Pelaksana Harian GTRA, harus mampu mengarahkan dan menyelaraskan tindakan
                     dari  berbagai OPD  dan  pihak lain  yang  terlibat. Hal ini  sesuai  dengan konsep
                     yang  dikemukakan  oleh Kerzner (2017),  yang menekankan bahwa koordinasi  dan
                     komunikasi  yang  efektif  adalah kunci  keberhasilan  proyek,  bukan hanya bersifat
                     administratif.

                  2.  Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR): Dinas ini tidak hanya terlibat
                     secara teknis tetapi juga mengalokasikan anggaran melalui APBD untuk mendukung
                     kegiatan ARA. Pendekatan ini menunjukkan pentingnya dukungan keuangan yang

                     berkelanjutan dari pemerintah untuk memastikan keberhasilan program (Bryson et
                     al., 2015). Dinas PUPR memainkan perannya sebagai kordinator OPD, dan melakukan
                     kerja-kerja sistematis dan terstruktur yang efektif.
                  3.  Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian: Meskipun keterlibatannya pada tahap awal
                     terbatas,  keterlibatan  dinas  ini dalam  pelatihan  pengolahan  ikan  sesuai dengan

                     potensi  lokal  menunjukkan adaptabilitas dan  responsivitas  pemerintah  terhadap
                     kebutuhan masyarakat setempat (Quick & Feldman, 2011).
                  4.  Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Perdagangan: Dinas ini berperan

                     dalam  menyediakan  data  pelaku  usaha  dan  mendukung  permodalan  dengan
                     memanfaatkan sertifikat tanah. Pendekatan ini sesuai dengan teori kewirausahaan
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239