Page 268 - Prosiding Agraria
P. 268

Analisis Hukum Perjanjian Pengusahaan   253
                                                           Tanah Masyarakat Hukum Adat dengan Perusahaan di Indonesia

             dalam wilayah penguasaan masyarakat adat yang pada kenyataannya masih ada dan tidak
             dilekati dengan hak atas tanah. A.P. Parlindungan menyatakan bahwa hak pengelolaan yaitu
             beheersrecht, yang diterjemahkan menjadi hak penguasaan (Parlindungan, 1994). Supriadi

             berpendapat, hak pengelolaan berasal dari kata beheersrecht yang berarti hak Penguasaan
             yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1953  tentang Hak Penguasaan  Atas
             Tanah-tanah Negara (Supriadi, 2007). Maria S.W. Sumardjono menyatakan bahwa Peraturan
             Pemerintah No. 8 Tahun 1953 mengatur hak penguasaan atas tanah-tanah negara (Sumardjono,
             2009).


                  Hak guna usaha menurut hukum pertanahan nasional adalah hak untuk mengusahakan
             tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu tertentu, untuk perusahaan
             pertanian, perikanan atau peternakan. Hak guna usaha diberikan paling lama 25 tahun dan
             untuk perusahaan yang memerlukan jangka waktu lebih lama dapat diberikan paling lama
             35 tahun. Atas permintaan pemegang hak dan dengan memperhatikan kondisi perusahaan

             jangka waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama 25 tahun, untuk perusahaan pertanian,
             perikanan, atau peternakan (Dewi, 2020). Kebijakan ini ditindaklanjuti dengan Peraturan
             Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Milik, Hak Guna Bangunan,

             dan Hak Guna Usaha atas Tanah, serta Pendaftaran Tanah.
                  Penguasaan hak guna usaha di atas tanah yang berstatus bukan hak milik tidak boleh

             melanggar  ketentuan dan  perjanjian  penggunaan  tanah yang  telah disepakati.  Berkenaan
             dengan hak pengelolaan masyarakat hukum adat atas pemberian hak guna usaha atas tanah
             untuk perusahaan, disyaratkan bahwa suatu wilayah yang dikuasai oleh masyarakat hukum

             adat harus memiliki batas-batas wilayah sebagaimana diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014
             tentang  desa.  Penerapan asas  pemisahan  horizontal  dengan  pemberian  hak guna  usaha
             atas tanah dalam  konsesi tanah ulayat oleh perusahaan atas dasar  hak pengelolaan  milik
             masyarakat hukum adat diakui dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021.Hak guna
             usaha (HGU) merupakan hak khusus atas tanah yang masa berlakunya dibatasi dalam jangka

             waktu tertentu yang memerlukan kejelasan, baik mengenai syarat-syarat memperolehnya, tata
             cara pemberiannya, perpanjangan jangka waktu dan pembaharuan haknya, maupun status
             tanah dan benda-benda yang ada di atasnya setelah jangka waktu tersebut berakhir. Tanah

             ulayat adalah tanah masyarakat hukum adat. Menurut Boedi Harsono, hak ulayat masyarakat
             hukum adat adalah serangkaian wewenang dan kewajiban dari suatu masyarakat hukum adat
             yang berhubungan dengan tanah yang berada di dalam lingkungan wilayahnya (Harsono,
             2003). Subjek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat secara keseluruhan, yaitu seluruh
             nusantara. Penguasaan masyarakat atas hak ulayat tidak boleh berada di tangan perorangan

             tetapi harus berada di tangan masyarakat. Objek hak ulayat meliputi tanah (daratan), air,
             tumbuh-tumbuhan (kekayaan alam) yang terkandung di dalamnya, dan binatang-binatang
             liar yang hidup bebas di dalam hutan (Muhammad, 2014).

                  Hak  ulayat adalah  kewenangan  yang  menurut  hukum adat dimiliki  oleh  masyarakat
             hukum adat atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup warganya. Kewenangan
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273