Page 272 - Prosiding Agraria
P. 272

Analisis Hukum Perjanjian Pengusahaan   257
                                                           Tanah Masyarakat Hukum Adat dengan Perusahaan di Indonesia

             Status tanah adat dan penguasaan fisik dengan itikad baik serta pembebasan tanah sesuai
             dengan data tanah yang sebenarnya Tanah bukan merupakan aset pemerintah.

                  Masyarakat  hukum adat yang diwakili oleh  pengurus adat  (ketua adat dan  pengurus
             adat) mengajukan permohonan hak pengelolaan kepada kantor agraria terkait kesepakatan
             yang telah dibuat dengan perusahaan. Pengajuan permohonan hak pengelolaan masyarakat

             hukum adat berdasarkan Pasal  17 PP No.  18 Tahun 2021 yang  menyatakan bahwa  “dalam
             hal  hak pengelolaan tanah yang berasal dari tanah ulayat, masyarakat hukum adat dapat
             mengajukan permohonan sepanjang tanah ulayat masyarakat hukum adat tersebut belum

             ada hak atas tanah yang melekat di atasnya dan tidak berada di dalam kawasan hutan.” Hak
             pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat dapat diberikan kepada masyarakat hukum adat
             yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
             yaitu peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014.

                  Perjanjian pengusahaan tanah paling sedikit memuat identitas para pihak, letak, batas-

             batas dan luas tanah, jenis penggunaan, pemanfaatan tanah dan/atau bangunan yang akan
             didirikan,  ketentuan mengenai jenis hak,  jangka  waktu,  perpanjangan,  pembaharuan,
             peralihan, pembebanan, perubahan, dan/atau pembatalan pembatalan hak yang diberikan
             di atas tanah hak pengelolaan, dan ketentuan mengenai kepemilikan tanah dan bangunan
             setelah berakhirnya hak atas tanah, besaran tarif dan besarnya iuran wajib tahunan serta

             tata cara pembayarannya, serta syarat dan ketentuan yang mengikat para pihak, pelaksanaan
             pembangunan, denda atas kelalaian pelaksanaan termasuk klausul sanksi, dan pembatalan/
             pengakhiran perjanjian (Pasal 8 ayat (2) PP Nomor 18 Tahun 2021).

                  Dalam perjanjian pemanfaatan lahan oleh perusahaan harus dicantumkan untuk usaha
             apa lahan tersebut dikelola, jenis usaha, penetapan iuran clan/atau pembayaran wajib tahunan

             dan ketentuan yang diatur dalam peraturan yang berlaku sehingga jelas hak atas tanah yang
             akan diberikan kepada  perusahaan.  Penentuan  tarif dan/atau iuran wuiib  tahunan harus
             dieantumkan dalam perjanjian pemanfaatan lahan antara masyarakat adat sebagai pemegang
             hak kelola dengan perusahaan yang akan mengeksploitasi  lahan  tersebut. Demikian juga

             dengan jangka waktu yang disepakati untuk mengelola lahan tersebut. Setelah perjanjian
             disepakati, perusahaan kemudian mengajukan permohonan izin lokasi kepada pemerintah
             daerah setempat dengan melampirkan salinan perjanjian konsesi lahan yang dibuat antara
             perusahaan dan masyarakat adat.

                  Hak guna  usaha  yang dijalankan  sesuai dengan  perjanjian  pengusahaan  lahan  yang

             telah disepakati dapat diperpanjang atau diperbarui  atas  permintaan  perusahaan  kepada
             masyarakat  hukum adat.  Masyarakat  hukum adat dapat  memberikan rekomendasi untuk
             memperpanjang atau  memperbaharui  hak guna  usaha atas  tanah  yang diusahakan oleh
             perusahaan berdasarkan musyawarah  adat. Perpaniangan jangka  waktu hak  guna  usaha

             atas tanah diusulkan setelah usaha perusahaan berjalan atau selambat-lambatnya dua tahun
             setelah berakhirnya jangka waktu hak guna usaha atas tanah. Perpanjangan hak guna usaha
   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277