Page 273 - Prosiding Agraria
P. 273

258     STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

            merupakan kewajiban  perusahaan  untuk mendaftarkan ke Kantor Pertanahan  di mana
            tanah tersebut berada. Dengan demikian, menurut penulis hak guna usaha atas tanah hak
            pengelolaan masyarakat hukum adat dapat diperpanjang atas permintaan perusahaan.



            2.  Status Tanah Masyarakat Hukum Adat Ketika Hak Guna Usaha Perusahaan Berakhir
                 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tidak secara jelas mengatur tanah masyarakat
            hukum adat atau tanah ulayat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tanah ulayat

            tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masyarakat
            hukum adat, sebagai kelompok masyarakat (genealogis, teritorial, dan genealogis- teritorial),
            memiliki wilayah hukum yang disebut dengan hak ulayat. Masyarakat hukum adat dengan

            hak ulayat tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga keberadaan hak ulayat sangat
            tergantung pada keberadaan ma.syarakat hukum adat. Jadi jelas bahwa hak ulayat tidak dapat
            dimiliki atau dikuasai secara perorangan. Kriteria penentu apakah hak ulayat masih ada atau
            tidak harus dilihat dari tiga hale yaitu: Adanya masyarakat hukum adat yang memenuhi ciri-
            ciri tertentu sebagai subjek hak ulayat 2). Adanya tanah atau wilayah dengan batas-batas

            tertentu yang menjadi objek hak  ulayat. 3)  Adanya kewenangan masyarakat hukum adat
            untuk melakukan  perbuatan  tertentu (Sumardjono, 2009).  Keabsahan ke dalam dari  hak
            ulayat menunjukkan bagaimana hak ulayat diatur dan digunakan untuk kepentingan anggota

            masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Hak ulayat diartikan sebagai tanah kepunyaan
            bersama yang diyakini sebagai karunia suatu kekuatan gaib atau peninggalan nenek moyang
            kepada kelompok atau masyarakat hukum adat (Citrawan, 2021). Hak ulayat merupakan hak
            yang bersifat komunal suatu masyarakat hukum adat  tertentu yang bertempat  tinggal di
            suatu wilayah tertentu. Hak-hak ini ditentukan oleh adat teritorial, seperti hutan, desa, klan,

            atau silsilah dan kekeluargaan, suku. (Safitri, 2016).

                 Peraturan Menteri Agraria No. 18 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penatagunaan Tanah
            Masyarakat Hukum Adat, bahwa tanah masyarakat hukum adat adalah tanah persekutuan
            adat yang di dalamnya terdapat wilayah adat masyarakat hukum adat yang pada kenyataannya
            masih dipertahankan hingga saat ini. Selain pengakuan terhadap kepemilikan tanah ulayat

            secara individual, terdapat pula tanah ulayat yang bersifat komunal (hak ulayat). Tanah ulayat
            dapat berupa sawah, ladang, kebun, kuburan, sungai, dan kawasan hutan.

                 Indonesia  adalah negara  yang  berdasarkan  atas hukum, bukan  semata-mata  atas
            kekuasaan; oleh karena itu, semua kebijakan hukmm harus mengakui hak-hak warga negara.
            Hak-hak masyarakat hukum  adat  termasuk  di  dalamnya. Masyarakat hukmm  adat juga

            merupakan Warga Negara Indonesia (WNI). Ketentuan hukum hak ulayat menyatakan bahwa
            terdapat hubungan antara masyarakat adat, wilayahnya, dan lingkungan alam. Masyarakat
            hukum adat memiliki lembaga adat untuk mengawasi tanah adat. Pemimpin adat bersama

            masyarakat  yang menggunakan hak  ulayat  sebagai  anggota kelompok mengawasi  tanah
            ulayat mereka.
   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278