Page 288 - Prosiding Agraria
P. 288

Rancang Bangun Sistem Digital   273
                               Sebagai Instrumen Bantu Menentukan Tingkat Prioritas Kelayakan TORA Sebagai Objek Redistribusi Tanah

                         Dalam rapat koordinasi disampaikan arahan dalam pelaksanaan tugas dari GTRA
                         yang dibentuk maupun laporan dan tindak lanjut atau pelaksanaan GTRA tahun
                         sebelumnya. Rapat Koordinasi dipimpin oleh Bupati/Walikota selaku Ketua Tim

                         GTRA Kabupaten/Kota. Apabila Bupati/Walikota berhalangan dapat didelegasikan
                         kepada anggota GTRA yang lain.
                         Dalam rapat koordinasi awal GTRA setidaknya dapat membahas terkait rencana
                         aksi  yang  tertuang  dalam Peraturan Presiden Nomor 62  Tahun 2023  tentang
                         Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria, sebagai berikut:

                         1.  Penataan aset;
                         2.  Penyelesaian konflik agraria;
                         3.  Pemberdayaan ekonomi subjek reforma agraria; dan

                         4.  Partisipasi masyarakat dalam percepatan pelaksanaan reforma agraria.
                     2.2 Pendataan TORA & Pengembangan Penataan akses

                         Pendataan TORA dan rencana pengembangan penataan akses di setiap Kabupaten/
                         Kota  dilaksanakan  oleh  satuan  tugas  yang  telah  ditetapkan  atau  petugas  yang
                         ditunjuk dari Kantor Pertanahan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini dialokasikan

                         sejumlah  anggaran  untuk  perjalanan  dinas ke lokasi-lokasi  yang mempunyai
                         potensi TORA maupun potensi pengembangan penataan akses.Pendataan TORA
                         adalah pengumpulan data/informasi lokasi-lokasi bidang tanah yang berpotensi
                         untuk dijadikan sebagai TORA.  Data TORA  berasal dari  berbagai sumber  baik
                         yang  berasal  dari  internal  Kementerian  ATR/BPN, dan  sumber eksternal dari

                         Kementerian/Lembaga lain (Kementerian Lingkungan Hidup  dan Kehutanan
                         dan Kementerian Desa  dan PDTT), Pemerintah Daerah, maupun  usulan  dari
                         masyarakat (kelompok masyarakat  dan LSM).  Data  TORA  yang  dikumpulkan

                         adalah data spasial dan data tabular (atribut). Secara umum data TORA berasal
                         dari sumber-sumber tanah yang dikelompokkan menjadi:
                         A.  TORA dari Kawasan Hutan:
                            1.  Alokasi TORA dari 20% pelepasan Kawasan Hutan untuk perkebunan yang
                                dapat diusahakan;

                            2.  Kawasan HPK-TP dan program pencetakan sawah baru; dan
                            3.  hasil  kegiatan  penyelesaian  penguasaan  tanah  dalam Kawasan Hutan
                                Negara  dengan  penataan  Kawasan  Hutan  dalam  rangka  pengukuhan

                                Kawasan Hutan
                         B.  TORA non-Kawasan Hutan:

                            1.  Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang telah
                                habis masa berlakunya serta tidak dimohon perpanjangan, dan/atau tidak
                                dimohon pembaruan haknya dalam jangka waktu  2 (dua)  tahun setelah

                                berakhirnya hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.
   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293