Page 29 - Prosiding Agraria
P. 29

14      STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

                 Pembentukan pengadilan landreform untuk menyelesaikan sengketa tanah didasarkan
            pada pertimbangan (Achmadudin Rajab, 2016: 36):

                 1.  menangani masalah-masalah yang muncul akibat penerapan aturan tanah yang perlu
                    diselesaikan dengan segera, agar tidak menghalangi kemajuan pembangunan;
                 2.  dikarenakan terdapat karakteristik khusus yang muncul saat melaksanakan untuk

                    mengatasi  masalah  yang  berkaitan dengan agraria atau  tanah, diperlukan  suatu
                    lembaga khusus yang bertanggung jawab dalam penanganannya, serta dibutuhkan
                    pengadilan tersendiri yang khusus menyelesaikan hal tersebut.

                 Pembentukan  lembaga  pengadilan  pertanahan  di  Indonesia sebenarnya  telah sesuai
            dengan konsep hukum tujuan yang diperkenalkan oleh Gustav Radbruch. Tiga tujuan hukum

            adalah  untuk memastikan ketertiban, menyediakan keadilan,  dan memberikan manfaat
            bagi masyarakat. Pengaturan mengenai kepastian hukum dalam pembentukan Pengadilan
            Khusus  Pertanahan  akan  disesuaikan  dalam  peraturan  perundang-undangan.  Apabila

            pengadilan dibentuk dengan prinsip-prinsip peradilan yang cepat, mudah, dan terjangkau,
            maka keadilan  akan  terwujud  dalam kasus-kasus  pertanahan  dan memberikan manfaat
            bagi masyarakat yang terkena dampaknya. Oleh karena itu, kita harus menyambut dengan
            antusias ide mengenai pendirian pengadilan pertanahan di Indonesia untuk mewujudkan
            kesejahteraan dan keberlimpahan bagi semua warga Indonesia, terutama dalam mendukung

            reformasi agraria yang lebih baik di masa depan.


            D. Kesimpulan

                 Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa konflik agraria
            terus meningkat. Pembukaan perkebunan dalam skala besar, tumpang tindih penguasaan
            hak atas  tanah, konflik kehutanan,  serta masalah  pemberian lahan  untuk  pertambangan
            seringkali saling terkait dan menjadi perhatian utama dalam pengelolaan sumber daya alam.

            Situasi ini perlu diatasi dengan segera. Reformasi agraria yang diatur dalam Undang-Undang
            Cipta Kerja terdapat dalam Bagian Pengadaan Tanah, dimana Pasal 125-135 memuat mengenai
            lembaga bank tanah, Pasal 136 membahas tentang penguatan hak pengelolaan, dan Pasal 129

            mengatur tentang durasi berlakunya hak pengelolaan. Isi Bab Pengadaan Tanah Undang-
            Undang Cipta Kerja secara keseluruhan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang terdapat
            dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Perubahan dalam undang-undang agraria
            yang terdapat dalam Undang-Undang Cipta Kerja menyebabkan ketidakpastian hukum di
            tengah masyarakat, terutama bagi masyarakat yang mengikuti hukum adat dan juga golongan

            ekonomi menengah ke bawah. Akibatnya, pelaksanaan Undang-Undang Cipta Kerja tidak
            berjalan dengan efektif dan efisien. Bersamaan dengan gagasan Reforma Agraria yang bertujuan
            untuk merombak kembali kebijakan kepemilikan tanah guna mencapai pembangunan yang

            berkesinambungan. Salah satu opsi untuk menyelesaikan konflik pertanahan adalah melalui
            pendirian pengadilan khusus yang mengkhususkan diri dalam menyelesaikan sengketa tanah,
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34