Page 27 - Prosiding Agraria
P. 27

12      STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

                 Secara khusus, faktor yang menjadi penyebab munculnya masalah pertanahan di Indonesia
            adalah bahwa  peraturan  pertanahan  saat ini belum  secara menyeluruh mengakomodir
            penyelesaian  masalah pertanahan,  pejabat pertanahan  yang  lambat  dalam  memenuhi

            permintaan, jumlah tanah yang tersedia, data tanah yang tidak akurat, keterbatasan sumber
            daya manusia yang bertanggung jawab atas penyelesaian masalah tanah, bisnis tanah yang
            tidak sesuai dengan prosedur, dan tumpang tindih kewenangan akibat tindakan pemohon
            hak atau campur tangan dari lembaga lain. Penyelesaian kasus pertanahan yang kurang efisien
            di  Indonesia menghambat kemajuan  program-program  yang  sedang berlangsung. Oleh

            karena itu, diperlukan solusi yang teliti untuk menyelesaikan masalah ini sehingga tanah
            dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk kemakmuran yang dapat memberikan kesejahteraan
            maksimal bagi masyarakat Indonesia (Anak Agung Ayu Intan Puspadewi, 2022: 63).

                 Jika kasus pertanahan diselesaikan melalui sistem peradilan, ada dua opsi yang dapat
            dilakukan. Pertama, kasus dapat diajukan di peradilan tata usaha negara (PTUN) jika yang

            disengketakan adalah keputusan TUN yang dikeluarkan oleh lembaga atau pejabat, seperti
            Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait sertifikat tanah atau dokumen hak atas tanah. Oleh
            karena itu, pengadilan itu didirikan untuk mendorong keadilan bagi masyarakat terhadap

            keputusan  yang  melanggar hukum (Kayla Raissafitri  dan Naufal  Afrian Noormansyah,
            2023:  58).  Jika ada orang  yang  merasa dirugikan  karena  keputusan  tersebut, dia dapat
            mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Selain itu, masalah ini juga
            bisa diatasi melalui jalur hukum umum ketika seseorang mengalami pelanggaran terhadap
            hak kepemilikan tanahnya dengan mengajukan tuntutan ke pengadilan negeri (PN) (Erizka

            Permatasari, 2021). Berbagai usaha untuk menyelesaikan masalah pertanahan masih belum
            berhasil dilakukan dengan efektif.

                 Bila dianalisis dengan lebih mendalam, ada berbagai opsi yang bisa digunakan untuk
            menyelesaikan perselisihan tanah yang dihadapi oleh pihak-pihak, terutama melalui upaya
            hukum. Proses hukum litigasi  adalah  cara  untuk menyelesaikan  perselisihan melalui

            pengadilan, baik di pengadilan umum (untuk kasus pidana dan perdata) maupun di PTUN
            (untuk kasus administratif/keputusan surat). Situasi ini menimbulkan masalah karena akan
            menimbulkan adanya perbedaan pendapat dari pengadilan yang membuat ketidakpastian

            dalam  hal  hukum  bagi  semua  yang  terlibat.  Dalam  kenyataannya,  penyelesaian  sengketa
            pertanahan sering kali terjadi tumpang tindih keputusan. Seperti kata bijak lama, “ketika ada
            bukti dari fakta, maka kata-kata menjadi tidak berguna” (Kania Venisa Rachim, et.al. 2022:
            49).

                 Dalam  rangka menghadapi  situasi  yang  tak menentu  dan mengurangi konflik  yang
            mungkin terjadi terkait dengan kepemilikan tanah, diperlukan suatu sistem resmi yang efisien

            dan mudah dalam penyelesaiannya. Diperlukan sebuah tim khusus yang bertanggung jawab
            dalam menyelesaikan setiap kasus konflik agraria dengan target penyelesaian yang jelas.
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32