Page 28 - Prosiding Agraria
P. 28

Undang-Undang Cipta Kerja Terhadap Reforma Agraria dalam Penyelesaian   13
                                                                            Pertanahan di Pengadilan Landreform

                  Secara sejarah, pengadilan yang memusatkan perhatiannya pada penyelesaian konflik
             pertanahan  dibentuk  pada  tahun 1964  dengan  disahkannya Undang-Undang Nomor 21
             Tahun 1964  mengenai Pengadilan Landreform  (Budi Sastra Panjaitan, 2020:  20).  Tujuan

             pembentukan pengadilan landreform didasari oleh dua hal yaitu: 1) Sebagai langkah untuk
             menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dalam implementasi kebijakan landreform;
             dan 2)  Pengadilan landreform  akan menangani kasus-kasus  spesifik  yang  timbul  akibat
             dari  pelaksanaan landreform. Meskipun begitu,  enam  tahun kemudian  pada  tahun 1970,
             pengadilan land reform dihapuskan melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1970 mengenai

             Penghapusan Pengadilan Landreform. Penghapusan pengadilan landreform disebabkan oleh
             keberadaan hakim yang memiliki pemahaman nasakom dan melanggar keputusan MPR pada
             waktu tersebut (Budi Sastra Panjaitan, 2020: 268). Alasan lain untuk menghapusnya adalah

             karena adanya kesulitan dalam menyelesaikan masalah reformasi agraria (Johans Kadir Putra
             dan Maulidia Rani, 2021: 50).

                  Keputusan  pengadilan  untuk mencabut Pengadilan Landreform  secara hukum
             menyebabkan semua perselisihan tanah harus diurus dan diputuskan oleh pengadilan umum.
             Akibatnya,  penyelesaian  sengketa  tanah menjadi  lambat. Kemalasan  tersebut kemudian

             menghasilkan kekacauan yang seringkali  menyebabkan berbagai bentuk pelanggaran hak
             asasi manusia.

                  Dengan mempertimbangkan kerumitan masalah pertanahan dan keterbatasan kemampuan
             serta tanggapan lembaga yang sudah ada, maka pentingnya untuk memperkenalkan sistem
             peradilan khusus untuk urusan agraria menjadi semakin jelas. Sekarang adalah waktu yang

             tepat untuk memulai pembentukan pengadilan pertanahan di bawah yurisdiksi peradilan
             umum di lingkungan Mahkamah Agung (M. Aulia Reza Utama, 2017: 135).

                  Menurut Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, terdapat
             pengadilan khusus yang memiliki wewenang untuk menguji, mengadili, dan menentukan
             kasus-kasus tertentu. Pengadilan khusus ini hanya dapat dibentuk di bawah Mahkamah Agung
             sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pasal 1 bagian (8) Undang- Undang Nomor 48

             tahun 2009 memberikan izin resmi untuk pembentukan Pengadilan Khusus yang ditetapkan
             berdasarkan  Undang-Undang,  termasuk di  dalamnya adalah  izin  untuk  pembentukan
             Pengadilan Khusus Agraria di bawah naungan Mahkamah Agung.

                  Pengadilan khusus  adalah  lembaga  peradilan  yang  memiliki hak  untuk memeriksa,
             mengadili, dan memutuskan perkara tertentu yang hanya dapat dibentuk dalam lingkungan

             pengadilan di bawah yurisdiksi Mahkamah Agung diatur sesuai dengan peraturan perundang-
             undangan.  Pengadilan khusus di  Indonesia mencakup Pengadilan  Anak, Pengadilan Hak
             Asasi Manusia, Pengadilan Niaga, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Perikanan,
             dan Pengadilan Hubungan Industrial.  Mereka beroperasi  di  bawah naungan Pengadilan

             Umum (Junaidi, 2022: 81).
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33