Page 150 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 150
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
Ngandagan adalah sistem maro, yakni 50:50. Ada juga
dengan mertelu atau 3:1 untuk penggarap dengan
51
menanggung biaya saprotan. Dalam relasi sistem bagi
hasil ini perlu juga dibahas siapa yang menyediakan
52
tanah untuk digarap. Tentunya dalam hubungan bagi
hasil antara pemilik tanah dan penggarap terdapat resiko
berbagi di antara kedua belah pihak bahkan berbagi
dengan pihak lain misalkan ketika dilakukan pema-
nenan. Setelah musim panen padi yang kedua, pengga-
rap melakukan penanaman kedelai. Penanaman kedelai
hingga musim panen tidak membutuhkan biaya tam-
bahan kecuali pembelian bibit kedelai. Meski demikian,
bagi hasil terhadap kedelai ini tetap berjalan sebagaima-
na perjanjian bagi hasil dalam penanaman padi. Pemilik
tanah tidak akan menanggung resiko pengeluaran uang,
karena dalam penanaman kedelai ini, tidak dibutuhkan
uang terkecuali pembelian benih tadi. Pemilik juga tidak
menanggung resiko jika panen gagal. 53
51 Dalam sistem bagi hasil ini si pemilik sawah menunggu pem-
bagian hasilnya di rumah yang akan dibawakan oleh penggarap. Infor-
masi ini diperoleh dari Forum Grup Diskusi dengan para aparat desa
Ngandagan 3 Juni 2010.
52 Ini merupakan pertanyaan klasik dari Scheltema untuk menje-
laskan sistem bagi hasil. Untuk hal ini lihat. Scheltema, op.cit., hlm.
130-131.
53 Aturan formal bagi hasil pada masa Orde Baru didasarkan pada
jenis tanaman, keadaan tanah, kepadatan penduduk, zakat, serta keten-
tuan adat setempat. Meski demikian, penentuannya ditetapkan oleh
129