Page 664 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 664
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
Mereka mengkarakterisasikan gerakan sosial ‘baru’ dengan
‘sebuah organisasi yang terbuka, cair, partisipasi yang
inklusif dan non-ideologis, dan perhatian lebih besar pada
transformasi sosial daripada transformasi ekonomi ‘(Della
Porta dan Diani 1999, 12).
Baik mobilisasi sumber daya maupun paradigma
identitas-sentris mengasumsikan sebuah ‘kontestasi di
antara kelompok-kelompok yang terorganisir’ (Cohen
1985, 673). Tarrow (1998, 4) mendefinisikan gerakan sosial
sebagai ‘tantangan kolektif, berdasarkan pada tujuan
bersama dan solidaritas sosial, dalam interaksi yang ber-
kelanjutan dengan elit, lawan, dan otoritas’; namun
‘tantangan kolektif’-nya harus disusun terlebih dahulu
(mungkin oleh seorang pelopor), yangsetelahnya tantangan
lain dimobilisasi menuju penyebabnya melalui ‘jaringan
sosial’ dan ‘membangun solidaritas’ (ibid.). Teoretisi lain
menyatakan kebutuhan akan pemimpin secara lebih terus
terang: “Sebuah gerakan sosial setidaknya terorganisir
secara minimal. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi pe-
mimpin atau juru bicara, anggota atau pengikut, dan
organisasi atau koalisi, fenomena yang diselidiki adalah
tren, mode, atau protes yang tak-terorganisir, bukan sebuah
gerakan sosial’ (Stewart et al 2001, 2). Sejak awal, Piven
dan Cloward menantang definisi semacam itu, berpendapat
bahwa, ‘penekanan pada maksud sadar dalam penggunaan
ini mencerminkan sebuah kebingungan dalam literatur
antara gerakan massa di satu sisi, dengan organisasi for-
mal yang cenderung muncul di puncak gerakan di sisi lain—
dua fenomena yang saling terkait tetapi berbeda’(1977, 5).
Mereka menganggap ‘tantangan kolektif’ menjadi ‘fitur
kunci dan yang membedakan sebuah gerakan protes’.
Tantangan di sini merujuk pada aksi ketidak-patuhan atau
perlawanan rakyat ketika mereka tidak lagi menganggap
peraturan dan tuntutan sah; ‘nampaknya aksi menantang
yang terbagi-bagidapat dianggap peristiwa gerakan ketika
650

