Page 669 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 669

Dimana Tidak Ada Gerakan

               protes ditafsirkan secara lebih luas mencakup bentuk-
               bentuk ‘perlawanan sehari-hari’ yang dipraktikkan secara
               meluas‘(Scott 1985), maka pelarian bisa dianggap bentuk
               protes (‘memilih dengan nama orang lain, atau ‘protes
               penghindaran’), seperti halnya dapat menolak en masse
               untuk muncul dalam kerja paksa yang diperintahkan, atau
               mengirim wakil desa kepada otoritas lokal untuk menen-
               tang dan menegosiasikan tuntutan tertentu.
                     Dari perspektif Piven dan Cloward, apakah tindakan-
               tindakan ketidakpatuhan orang pedesaan Karen dapat
               dianggap sebagai ‘gerakan’ tergantung pada apakah mereka
               didorong oleh ketidak-sahan ekploitasi, dan oleh sekum-
               pulan keyakinan bersama. Jika ditanya, sebagian besar or-
               ang pedesaanKaren tidak mungkin menggambarkan diri
               mereka sebagai bagian sebuah gerakan sosial agraria.
               Namun, ketika ditanya bagaimana mereka menanggapi
               siksaan tertentu baru-baru ini, kesadaran atas tindakan
               perlawanan mereka sendiri segera muncul, biasanya disertai
               dengan ekspresi harga diri komunitas dan solidaritas .
               Meskipun dapat dikatakan bahwa banyak tindakan yang
               dilakukan lebih  untuk pertahanan daripada perlawanan,
               batas antara keduanya samar (adas 1986). Penduduk desa
               mungkin menolak kerja paksa  terutama karena mereka
               harus bekerja di ladang, tetapi mereka juga merasa marah
               dan tidak melihat legitimasi dalam tuntutan itu dan sering
               mengatakan hal ini ketika diwawancara. Sama halnya,
               penduduk desa melarikan diri ke dalam hutan untuk
               menghindari tembak di tempat oleh pasukan Tatmadaw,
               tapi ini hanya terjadi karena mereka menolak untuk pindah
               ke tempat yang dikendalikan negaraseperti yang diperin-
               tahkan. Bahkan ketika ketidakpatuhan  tidak mengandung
               maksud untuk menolak, otoritas militer tetap melihatnya
               sebagai perlawanan, seperti yang dibuktikan dalam an-
               caman-ancaman mereka ketika penduduk desa tidak



                                                                  655
   664   665   666   667   668   669   670   671   672   673   674