Page 451 - Kembali ke Agraria
P. 451

Usep Setiawan

            memberikan ruang lebih luas bagi keterlibatan rakyat sehingga dalam
            praktiknya dapat didongkrak oleh kemauan rakyat yang sadar dan
            kemampuan rakyat yang terorganisir (agrarian reform by leverage).
                Konteks politik dari implementasi PP 11/2010 erat kaitannya
            dengan keperluan adanya ketegasan komitmen Presiden RI untuk
            benar-benar menjalankan reforma agraria. Jajaran eksekutif, legislatif,
            yudikatif, dan militer di pusat maupun daerah, harus mengerahkan
            energinya dalam mewujudkan penyediaan tanah dan akses strategis
            bagi rakyat miskin melalui reforma agraria. Regulasi khusus, berupa
            UU/PP tentang Pelaksanaan Pembaruan Agraria, serta pembentukan
            kelembagaan Komite Nasional Pembaruan Agraria, Kementerian
            Kompartemen Agraria, dan Peradilan Agraria, merupakan indikator
            nyata dari wujud komitmen tadi.


            Langkah strategis
                Peneropongan substansi PP 11/2010 dalam beragam konteks di
            atas dapat diletakkan sebagai bahan pertimbangan bagi perumusan
            strategi kebijakan negara dan gerakan sosial ke depan. Keseluruhan
            langkah ini, dibingkai reforma agraria sebagai agenda bangsa dan
            strategi dasar membangun struktur politik, ekonomi dan sosial yang
            lebih sehat dan kuat.
                Agar penertiban dan pendayagunaan tanah telantar berjalan
            efektif dan dapat mengatasi problem-problem pokok agraria, perlu
            sejumlah langkah strategis: Pertama, perlu aturan yang lebih opera-
            sional untuk memperjelas tanah-tanah yang dapat segera diproses
            dan dinyatakan sebagai tanah telantar. Kedua, perlu kejujuran, kete-
            gasan dan konsistensi aparatur pelaksana dengan menghindari kolu-
            si dengan pihak penelantar tanah. Ketiga, perlu koordinasi efektif
            instansi/aparat BPN dengan Pemda yang lebih dekat subjek serta
            punya kewenangan yang relatif lebih luas di era otonomi daerah.
            Keempat, perlu dukungan politik yang kuat dari parlemen pusat mau-
            pun daerah melalui legislasi, anggaran (APBN/D), dan kontrol serta
            antisipasi kemungkinan resistensi atas penerapan peraturan ini.


            432
   446   447   448   449   450   451   452   453   454   455   456