Page 453 - Kembali ke Agraria
P. 453

Sinar Harapan, 17 April 2010








             Kiat Mengakhiri Kontroversi “Food Estate”
               Refleksi Hari Perjuangan Petani Internasional








                  UNIA pertanian, agraria, dan lingkungan di dunia kini sedang
            Dmenghadapi ancaman baru dari praktik penguasaan dan
            penggunaan tanah secara masif dan intensif dalam skala luas oleh
            pihak asing di suatu negara. Ini dilakukan dengan dalih demi pro-
            duktivitas pertanian untuk ketahanan pangan dunia, yang diistilah-
            kan dengan land grabbing untuk tujuan food colonialism.
                Sambil mengenang Hari Perjuangan Petani Internasional 17
            April 2010, penulis menyorot kebijakan mengenai food estate di Indo-
            nesia dalam kaitannya dengan tantangan baru di atas. Melalui me-
            dia massa, kita memahami bahwa kontroversi telah mengiringi pelun-
            curan food estate sebagai kebijakan pembangunan pertanian terbaru
            yang digencarkan pemerintahan SBY jilid II. Salah satunya, hal ini
            dipicu terbitnya regulasi baru di bidang pertanian berupa Peraturan
            Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budi Daya Ta-
            naman, yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
            28 Januari 2010.
                Food estate dinisbatkan sebagai konsep pengembangan produksi
            pangan terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, dan peter-
            nakan di suatu kawasan dengan lahan yang luas. Adapun hasil
            pengembangan food estate yaitu pasokan ketahanan pangan nasional
            dan untuk ekspor. Beberapa hal yang diatur ialah soal luas lahan,
            jangka waktu usaha, penggunaan subsidi, ketentuan fasilitas kredit,

                                        434
   448   449   450   451   452   453   454   455   456   457   458