Page 449 - Kembali ke Agraria
P. 449

Jurnal Nasional, 13 April 2010








               Tanah Telantar Demi Reforma Agraria








                 ANAH telantar selama ini jadi persoalan pelik dalam realitas
            Tagraria kita. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah melu-
            kiskan; “Kalau kita terbang melihat lahan telantar... hati ini rasanya
            juga ikut telantar atau serasa ditebang” (Jurnal Nasional, 3/12/09).
                Menurut catatan Badan Petanahan Nasional, luas tanah yang
            diidentifikasi telantar di Indonesia mencapai 11,1 juta hektar. Rin-
            ciannya, tanah yang ditelantarkan memiliki hak guna usaha (HGU)
            dan hak guna bangunan (HGB) luasnya mencapai 1,191 juta hektar.
            Tanah negara hasil pelepasan kawasan hutan yang luasnya jika diga-
            bung dengan HGU dan HGB mencapai 8,1 juta hektar. Dan tanah
            telantar yang tidak memilik status peruntukan seluas 3 juta hektar.
                Lebih lanjut, sebagaimana diungkapkan Joyo Winoto (Kepala
            BPN), untuk menata aset masyarakat, BPN menempuh beberapa lang-
            kah utama, dua di antaranya melalui penataan tanah telantar dan
            menjalankan reforma agraria (Jurnal Nasional, 17/07/08). Setelah
            melalui proses yang cukup panjang, akhirnya Presiden menanda-
            tangi Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban
            dan Pendayagunaan Tanah Telantar (22 Januari 2010) pengganti PP
            No.36/1998 yang mengatur hal yang sama.
                Keseluruhan PP 11/2010 ini mengandung 8 bab dan 20 pasal,
            serta dilengkapi penjelasan. Kedelapan bab tersebut meliputi; Keten-
            tuan umum; Objek penertiban tanah telantar; Identifikasi dan peneli-
            tian; Peringatan; Penetapan tanah telantar; Pendayagunaan tanah

                                        430
   444   445   446   447   448   449   450   451   452   453   454