Page 455 - Kembali ke Agraria
P. 455

Usep Setiawan

            asing karena akan diberi banyak kemudahan untuk “memiliki” dan
            mengelola lahan yang ada di Indonesia.
                Food estate ini bisa mengarah pada feodalisme karena peran petani
            pribumi hanyalah sebagai mitra kerja alias “buruh” bagi pemodal di
            food estate. Keuntungan pemerintah dari food estate yaitu membuka
            peluang kerja, pemasukan pajak meningkat, dan adanya pendapatan
            nonpajak. Namun, pemerintah kurang memperhatikan bahwa petani
            akan tetap menjadi buruh di negerinya sendiri. Daripada diberikan
            kepada asing, hendaknya pemerintah berpikir bagaimana jutaan hek-
            tare “tanah tidur” bisa dikelola petani Indonesia (www.spi.or.id).
                Diidentifikasi kerugian food estate yaitu, pertama, potensi lahan
            yang dimiliki rakyat Indonesia tak bisa maksimal dimiliki dan dikelola
            penuh oleh petani Indonesia. Kedua, jika peraturan yang dihasilkan
            pemerintah tentang food estate lebih berpihak pada pemodal daripada
            petani, kemungkinan konflik seperti konflik di perkebunan besar akan
            terjadi juga dalam food estate. Ketiga, jika peraturan memberikan kemu-
            dahan dan keluasan bagi perusahaan atau personal pemilik modal
            untuk mengelola food estate, maka karakter pertanian dan pangan
            Indonesia makin bergeser dari peasant based and family based agricul-
            ture menjadi corporate based food and agriculture production, yang mele-
            mahkan kedaulatan pangan Indonesia. Keempat, jika pemerintah tidak
            mampu mengontrol distribusi produksi hasil dari food estate, maka
            para pemodal akan jadi penentu harga pasar karena penentu dijual
            di dalam negeri atau ekspor adalah harga yang menguntungkan bagi
            pemodal (Cahyono, 2009).
                Food estate juga menjadi isu kritis yang memperparah kerusakan
            ekologis. Deforestasi menampilkan potret kerusakan hutan dan ling-
            kungan gara-gara legal maupun illegal logging. Keserakahan manusia
            telah dijawab alam dalam beragam bencana, seperti banjir/longsor
            di kala musim hujan, serta kekeringan di kala kemarau. Laju kerusa-
            kan hutan Indonesia seluas 13 lapangan bola per menit, atau setara
            3,6 juta hektare hutan setiap tahunnya. Menurut data yang tercatat
            di Departemen Kehutanan (2003), hutan yang rusak atau tidak dapat


            436
   450   451   452   453   454   455   456   457   458   459   460