Page 477 - Kembali ke Agraria
P. 477
Usep Setiawan
paran bukan gagal panen, tetapi karena harga pangan domestik tinggi,
pendapatan rendah, dan meningkatnya pengangguran karena krisis
global. Banyak orang tak mampu beli makanan yang diperlukan.
Memprihatinkan.
Yang menarik, FAO menegaskan kelaparan bukan disebabkan
kekurangan pangan. Sebab terpentingnya yaitu kemiskinan. Kela-
paran terjadi karena penduduk miskin tak punya akses atas tanah
atau infrastruktur pertanian yang kuat untuk mendukung kontinuitas
panen, beternak, atau bekerja dengan tetap yang membuat mereka
punya akses terhadap pangan.
Sebagian besar penduduk miskin ialah penduduk di pedesaan
di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Kepulauan Karibia. Penduduk
yang tak punya tanah merasakan kelaparan yang lebih parah. Mereka
tak punya akses terhadap pendapatan tetap, sehingga mereka tak
mampu membeli pangan yang cukup guna memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Perempuan paling rentan, karena kurang gizi saat hamil
berpeluang besar melahirkan bayi kurang gizi. Gejala alam seperti
banjir, gempa bumi dan kekeringan memperparah ancaman kela-
paran.
Lantas, apa yang dapat dilakukan? Pertama-tama, menurut FAO,
kita harus berbagi visi tentang terciptanya dunia tanpa kelaparan.
Mengatasi kelaparan harus jadi prioritas negara-negara miskin. Eko-
nomi pedesaan perlu tumbuh untuk memperluas kesempatan kerja
dan memperlambat arus migrasi dari desa ke kota.
Selain itu, sumber daya alam perlu dikelola dengan baik untuk
memastikan tanah tak digunakan berlebihan. Harus ada kerja sama
mengentaskan kemiskinan dan mengakhiri ketidaksetaraaan serta
meningkatkan akses atas pangan yang aman bagi semua orang.
Kini kita perlu menata ke dalam. Menurut Achmad Suryana (Kepa-
la Badan Ketahanan Pangan), kita punya kabar gembira. Jika
disandingkan dengan realitas kelaparan global, Indonesia tak parah.
Tapi diingatkan, kita punya banyak tantangan yang harus diselesai-
kan agar dapat berperan dalam percaturan ketahanan pangan global.
458

