Page 482 - Kembali ke Agraria
P. 482

Epilog

               macam-macam topik. Janji itu dipenuhinya beberapa hari kemudian:
               ia datang lagi ke kantin, tapi kali ini ditemani seorang anak-baru (:ma-
               hasiswa baru) yang dikenalkannya bernama Usep. Anak ini menge-
               nalkan namanya lebih lengkap: Usep Setiawan; dan dia sebagaimana
               biasanya anak baru di jurusan kami pada waktu itu, memanggil saya
               dengan sebut ‘kang’. Ia sangat kaku, kikuk tepatnya melihat keakraban
               saya dengan karib aktivis yang mendampinginya. Ia lebih banyak
               diam, hanya bicara jika ditanya: Jadilah pertemuan itu seperti sebuah
               ‘wawancara’ tidak imbang, saya bertanya banyak dan ia menjawab
               seperlunya saja.
                   Karib yang membawanya ke hadapan saya kali ini tidak lama
               ‘nongkrong’ di kantin, dia segera pergi dengan alasan masih banyak
               yang hendak dikerjakan; tetapi sebelum pergi ia mengatakan suatu
               hal yang terus tertancap di benak dan hati saya: “Tolong kau jaga
               dan didik anak ini, ini anak ‘bagus’, anak baik, dan calon pemimpin
               gerakan di masa depan”. Sejak hari itulah, entah disadari atau tidak
               oleh Usep, saya melakoni peran sebagai ‘seniornya’ sekaligus ‘penjaga
               dan berusaha keras menjadi pendidiknya’, yang saya lakoni dengan
               cara menjadi kawan dan lawannya berdiskusi untuk tema apa saja
               khususnya soal gerakan petani, gerakan sosial dan reforma agraria.
               Saya pula yang biasanya tertimpa ‘kerepotan’ jika ia, sebagai mana
               umumnya aktivis, membuat ‘ulah’. Mungkin karena itu pula, per-
               hatian saya yang ‘agak berlebih’ terhadap Usep telah membuat ‘iri’
               beberapa ‘adik-adik’ mahasiwa lainnya.
                   Sejak perkenalan hari itu, kami memang jadi akrab, malah sangat
               akrab. Sayalah yang mengajak Usep pada tahun 1995 untuk ‘bantu-
               bantu’ menyiapkan banyak hal ketika saya diminta oleh sejumlah
               deklarator KPA menjadi Ketua Panitia Pelaksana Munas KPA yang
               pertama. Itulah kali pertama pula Usep ‘berkenalan’ dengan organi-
               sasi yang bernama KPA yang dikemudian hari menjadikannya salah
               seorang tokoh penting dalam organisasi gerakan sosial ini.
                   Seperti dikatakannya dalam pengantar buku ini, sejak tahun
               1991 ia memang telah terlibat dalam berbagai aksi untuk membela


                                                                       463
   477   478   479   480   481   482   483   484   485   486   487