Page 483 - Kembali ke Agraria
P. 483
Usep Setiawan
petani-petani, khususnya di seputaran Jawa Barat, yang tergusur
karena kebijakan pemerintah dalam berbagai ‘proyek pembangunan’.
Tetapi, dalam pengamatan saya, di KPA-lah ia mematangkan semua
pikiran-pikirannya sebagaimana yang tertuang di dalam sejumlah
tulisan yang sebagian besar disatukan dalam buku ini. Kiprahnya
dalam membela kepentingan petani dan menjadikan gagasan reforma
agraria seolah-olah sebagai ‘kata-kata suci’ dalam penggalan hidup-
nya saat ini ‘semakin menjadi-jadi’ sejak dia aktif sejak masa-masa
awal pembentukan KPA.
Sikap pembelaannya terhadap petani dan keyakinannya
bahwa reforma agraria adalah sebuah keniscayaan yang harus
dijalankan untuk menjawab berbagai masalah agraria di Indone-
sia tidak perlu diragukan lagi. Jadi, meskipun dengan rendah hati
dalam pengantar buku ini ia menyebut dirinya sebagai “saksi” dari
dinamika gerakan petani dan gerakan reforma agraria di Indonesia,
maka saya tidak terlalu setuju dengan “kesaksiannya” itu: Usep bukan
hanya sekedar saksi, ia adalah salah satu aktor penting dalam
dinamika gerakan tersebut! Kumpulan tulisan yang merupakan
lontaran-lontaran pemikiran, gagasan juga refleksi kritisnya terhadap
masalah-masalah agraria dan pertanian di Indonesia masa kini hanya
satu bagian saja hasil dari intensitas ‘penyerahan’ dirinya terhadap
tujuan mulia untuk menjadikan petani kembali sebagai soko guru
penting dalam pembangunan bangsa Indonesia hari ini dan di masa
depan.
Relatif tak ada perbedaan mendasar antara pandangan-pan-
dangan Usep dengan saya tentang perlunya pembaruan agraria dija-
lankan di Indonesia masa kini. Satu-satunya perdebatan ‘hebat’ yang
pernah berkembang di antara kami hanya di seputar penyikapan
tentang Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) yang dilon-
tarkan oleh Kepala BPN, Joyo Winoto, beberapa tahun yang silam
sebagai perwujudan dari ‘komitmen politik’ Presiden SBY untuk men-
jadikan agraria (: tepatnya penyediaan tanah) sebagai landasan da-
lam menegakan keadilan sosial dan mewujudkan kemakmuran
464

