Page 135 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 135

116   Land Reform Dari Masa Ke Masa

            ideologis yang berbeda pula. Telah diuraikan sejarah
            kelembagaan, pengaturan hukum, dan perjuangan politik
            tertentu mengeluarkan tanah-tanah perkebunan dan
            kawasan hutan di Jawa  dari program redistribusi tanah
            1960-1965, meskipun organisasi-organisasi gerakan
            pedesaan menuntut pemerintah menargetkan kedua sistem
            agraria warisan kolonial tersebut.
                 Meskipun semua partai politik di parlemen nasional
            sepakat untuk memberlakukan UUPA, sifat khas dari pro-
            gram land reform yang “bertekad untuk menjalankan
            perubahan tenurial yang memaksa, drastis, dan cepat” (Tai
            1974:19), telah menghasilkan resistensi dari kaum tuan tanah
            yang tanahnya disasar untuk diredistribusi. “Aksi-aksi sepihak”
            untuk menandingi resistensi tuan tanah itu bergaung luas
            dalam pertarungan politik elite di tingkat nasional. Kudeta
            militer secara drastis dan dramatis mengakhiri Demokrasi
            Terpimpin (1957-1965), dan semua agenda politik dan visi
            Sukarno tentang sosialisme Indonesia. Selanjutnya, setelah
            memberantas gerakan komunis, melarang PKI dan
            organisasi-organisasi yang diasosiasikan dengannya, dan
            membunuhi dan memenjarakan orang-orang yang diberi cap
            komunis,  dan melarang ajaran-ajaran komunisme, rezim
            militer Suharto yang disebut “Orde Baru” membalikkannya,
            menempatkan Indonesia di bawah visi ideologis yang sama
            sekali berbeda dengan yang diusung oleh Demokrasi
            Terpimpin Sukarno. Di Jawa, dua penguasa tanah negara
            terluas (Perhutani dan perkebunan-perkebunan-perkebunan
            milik pemerintah maupun swasta), mendapatkan jalan
            melanjutkan hegemoni mereka atas penduduk desa secara
            keseluruhan, terutama memanfaatkan trauma dan
            ketakutan penduduk desa yang meluas setelah pemberantasan
            komunisme yang berlangsung secara brutal itu.
                 Pada tahun 1978 Pemerintah membuat Departemen
            Kehutanan (sebelumnya adalah Direktorat Jenderal
            Kehutanan dalam Departemen Pertanian), dan selanjutnya
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140