Page 132 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 132

Yang Disebut “Reforma Agraia” 2005-2009  113
                      pertanahan … tanpa didahului oleh Pembaruan
                      Agraria adalah alat sistematis yang justru
                      menjerumuskan tanah petani semakin cepat terjual
                      dan jatuh kepada pemodal besar, sehingga
                      ketimpangan tanah pun semakin lebar. Itulah
                      sebabnya tanah pertanian sekarang ini semakin
                      banyak dimiliki oleh kelompok non petani yang
                      tinggal di kota, sementara petani gurem telah menjadi
                      buruh tani.”
                    Perlu ditegaskan disini bahwa sejatinya, legalisasi aset
               tanah yang dipromosikan oleh BPN ini, bukan hanya
               bersesuaian dengan yang dirancang oleh reformasi
               kebijakan, manajemen, dan administrasi  pertanahan yang
               dilancarkan oleh Bank Dunia dalam rangka mempercepat
               pembentukan pasar tanah. Lebih dari itu, keberhasilan
               mengkerangkakan “redistribusi tanah” sebagai satu skema
               dari legalisasi aset tanah menunjukkan dukungan atas
               rejim kebijakan (policy regime) yang bertujuan untuk
               mempercepat pembentukan pasar tanah, yang
               dipromosikan oleh Bank Dunia sejak 1995 melalui Land
               Administration Project. Pergeseran dari agenda redistributif
               menjadi agenda legalisasi aset tanah ini lah yang
               memprovokasi sejumlah kalangan aktivis agraria untuk
               meluncurkan kritik yang tajam bahwa yang dijalankan oleh
               BPN itu adalah suatu bentuk “Reforma Agraria Palsu”
               (lihat: Konsorsium Pembaruan Agraria 2009, Federasi
               Serikat Petani Indonesia 2009. Lihat pula: Bachriadi 2007).
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137