Page 64 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 64

Bagaimana Hutan Dipisahkan Dari Tanah Pertanian  45

               2006b) sebagai political forest  (hutan yang didefinisikan
               secara politis)  telah dipertahankan melalui berbagai
                             37
               bentuk penindasan mempergunakan kekerasan dan
               penaklukan melalui kesepakatan. Hegemoni ini jauh dari
               stabil. Perhutani merancang dan menjalankan berbagai
               bentuk program perhutanan sosial untuk mengatasi
               konflik penguasaan dan pemanfaatan hutan.
               Perhutanan sosial di Jawa mempunyai rutenya sendiri
               sejak tahun 1970-an yang berakar dalam pertarungan
               dan perundingan yang panjang antara Perhutani dan
               penduduk desa dalam akses atas tanah dan sumberdaya
               hutan.  Produksi berbagai bentuk perhutanan sosial
                     38
               dapat dipahami sebagai siasat untuk melanjutkan
               hegemoni Perhutani terhadap masyarakat desa yang
               tinggal di sekitar kawasan hutan. Siasat tersebut
               dijalankan dengan menyediakan dan memodifikasi akses
               ke kawasan hutan tertentu, termasuk untuk
               dipergunakan rakyat untuk kegiatan-kegiatan wana-tani
               (agroforestry). Berbagai siasat tersebut telah juga
               dipergunakan untuk menandingi gerakan sosial yang
               menuntut pengakuan hak tanah dan redistribusi tanah-
               tanah yang dikuasai Perhutani. Dengan menggunakan
               berbagai siasat tersebut, Perhutani berhasil dalam
               menyampaikan sebuah pesan ke pendukung land reform
               bahwa tanah hutan di Jawa harus dikeluarkan dari pro-
               gram  land reform.



                37   Cara-cara Perhutani melanjutkan penguasaan hutan, penerapan
               hutan ilmiah,  teritorialisasi, dan pengelolaan model hutan kolonial,
               memungkinkan Vandergeest dan Peluso (2001, 2006a, 2006b)
               untuk menteorikan apa yang mereka sebut political forest (hutan
               yang didefinisikan secara politik).
                38   Untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai perjalanan
               kebijakan kehutanan sosial di Jawa, lihat: Barber (1989), Peluso dan
               Poffenberger (1989), Peluso (1992), Sunderlind (1993), Bratamihardja
               et al (1995), Lindayati (2000, 2003), dan Awang (2004).
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69