Page 68 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 68

Kebangkitan dan Kejatuhan Land Reform 1960-1965  49


















                    Terlepas dari “tanah kelebihan,” land reform juga
               mentargetkan “tanah absentee” (diartikan sebagai tanah
               yang dimiliki oleh mereka yang tinggal di luar wilayah
               kecamatan dimana tanah tersebut terletak), tanah
               swaparaja  (tanah bekas kerajaan), dan tanah negara
               lainnya yang akan diputuskan kemudian hari oleh
               Menteri Urusan Agraria. Peraturan Pemerintah No. 224/
               1961 menugaskan pembentukan panitia land reform di
               tingkat kabupaten untuk mengidentifikasi tanah-tanah
               yang akan ditargetkan, dan mereka yang berhak
               mendapat bagian dari redistribusi tanah.
                    Kompensasi finansial untuk “tanah kelebihan” dan
               “tanah absentee” ditentukan oleh panitia land reform
               kabupaten berdasarkan pada jumlah rata-rata
               pendapatan bersih dalam lima tahun terakhir per
               hektarnya. Untuk lima hektar pertama, kompensasi
               tersebut akan sebesar sepuluh kali dari pendapatan bersih
               total rata-rata; dan untuk selanjutnya, kompensasinya
               akan sebesar tujuh kali dari pendapatan bersih total rata-
               rata. 39
                    Sukarno juga mengesahkan UU No. 2/1960
               tentang bagi hasil. Tujuan dari UU tersebut adalah (a)


                39   Lihat Peraturan Pemerintah No. 5/1963 yang kemudian menjadi
               UU No. 6/1964.
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73