Page 70 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 70
Kebangkitan dan Kejatuhan Land Reform 1960-1965 51
No. 169/1963 menyebutkan bahwa 24 September, kelahiran
dari UUPA adalah hari kemenangan bagi petani Indonesia,
dengan mendirikan dasar-dasar untuk menjalankan land
reform untuk menghapus imperialisme di sektor agraria, dan
membebaskan petani dari berbagai bentuk eksploitasi
terhadap manusia oleh manusia melalui hubungan-
hubungan agraria, dengan tujuan untuk mencapai suatu
masyarakat yang adil dan sejahtera (Harsono 1970:4).
Pada tahun 1964 Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
organisasi massa petani terbesarnya (BTI) melancarkan “aksi
sepihak” untuk mengambil alih dan menduduki tanah-tanah
yang dianggap akan diredistribusikan kepada para petani.
Mereka menyatakan bahwa penerapan peraturan redistribusi
tanah dan bagi hasil berjalan lambat, karena tuan tanah,
yang sebagian besar berafiliasi dengan partai-partai Islam
dan nasionalis, menghalang-halangi penerapan peraturan
tersebut. Aksi-aksi ini dipandang oleh PKI sebagai sebuah
sikap politik resmi untuk melawan para tuan tanah yang
menolak untuk melaporkan “tanah kelebihan”mereka
kepada panitia land reform, atau menghindarinya dengan
cara membagi-bagi tanahnya ke dalam bagian-bagian lebih
kecil dengan diatas-namakan anggota-anggota keluarga
mereka. Aksi-aski sepihak tersebut memunculkan
41
ketegangan dan kontroversi lokal dan nasional , termasuk
42
perdebatan sengit mengenai “aksi sepihak” antara editor
Harian Rakyat (mewakili PKI) dan editor Merdeka (mewakili
Partai Nasional Indonesia) di tahun 1964. 43
41 Pada faktanya terdapat beberapa jenis “aksi sepihak” seperti
dijelaskan oleh Utrecht (1969), Lyon (1970), dan Mortimer (1972).
42 Mengenai “aksi sepihak” di dalam konteks reforma agraria dan
pertarungan politik 1960-1965 di Jawa Timur dan Jawa Tengah,
lihat Hefner (1990), Pratikto (2000), Sulistyo (2000), Padmo (2000),
Sanit (2000), dan Kasdi (2001). Cf. Aprianto (2006).
43 Polemik tersebut dikumpulkan dan diterbitkan dalam sebuah buku
Polemik H.R. dan Merdeka (Djakarta, Merdeka Press 1965).