Page 92 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 92

- X -

                      Pembentukan Kebijakan,
                  Manajemen dan Administrasi

                        Pertanahan Pro-Pasar




                  ebuah tahap baru dalam kebijakan pertanahan di In
               Sdonesia adalah mempercepat pembentukan pasar tanah
               melalui reformasi manajemen dan administrasi
               pertanahan. Kebijakan baru tersebut dimulai ketika Bank
               Dunia membuat sebuah studi yang berjudul “Indonesia:
               Land Resource Management and Planning” (1991).  Studi
                                                               56
               ini merekomendasikan serangkaian rencana aksi, yang
               dibagi ke dalam agenda jangka pendek, jangka menengah,
               dan jangka panjang. Studi tersebut secara jelas
               menyebutkan revisi terhadap UUPA 1960 dalam agenda
               jangka panjangnya.
                    Laporan Bank Dunia tahun 1994 “Indonesia: Envi-
               ronment and Development” mengulang perhatian utama
               dari studi Bank Dunia tahun 1991 itu, yaitu kurangnya
               kejelasan kerangka hukum untuk kepemilikan tanah



                56  Laporan tersebut tidak pernah diterbitkan. Gershon Feder, Kepala
               Divisi Operasi Pertanian, Departemen Negara III-Wilayah Pasifik
               Asia Timur, dalam sebuah surat kepada Noer Fauzi, Ketua Badan
               Pelaksana Konsorsium Pembaruan Agraria, 6 September 1996,
               menyatakan “... Pemerintah Indonesia menilai draft ini belum
               lengkap ketika kami mengakhiri tugas kami di tahun 1991. Kami
               memutuskan pada waktu itu bahwa studi tersebut seharusnya tetap
               menjadi sebuah draft. ... Kami juga mengindikasikan bahwa laporan
               draft tersebut tidak memberi perhatian yang seimbang mengenai
               beberapa isu pengelolaan tanah, misalkan saja ijin lokasi, yang
               penting di masa tersebut.” (Dikutip dalam Fauzi 1999:228-229, fn9).


                                         73
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97