Page 224 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 224

Penataan  Akses RO I  Tahun 2022  dan RO II  Tahun 2023  di
            Kabupaten Bantul  telah  dipayakan menjawab  persoalan GEDSI
            dengan cara  penguatan  kelompok  rentan  berbasis gender dan
            disabilitas. Terkait Penataan Akses RO II Tahun 2023, FS secara kreatif
            melakukan hal-hal berikut untuk merespon isu GEDSI dan agraria:

                1.   Komunikasi intens dengan SRA di lapangan, sehingga porsi
                    waktu  untuk  bekerja di  kantor dikurangi demi  rekayasa
                    sosial;
                2.  Memfasilitasi kebutuhan riil subyek, contoh survei pasar, hal
                    ini dilakukan meskipun tidak difasilitasi oleh DIPA karena
                    tidak diatur Petunjuk Teknis.
                3.  Melibatkan kaum muda untuk pelatihan digital marketing,
                    meskipun tidak termasuk responden pada RO I Tahun 2022,
                    sehingga SRA bisa digantikan oleh keluarganya.
                4.  Pendekatan  individual,  by  name  by  addres, tidak
                    memungkinkan untuk Penataan Kelembagaan yang bersifat
                    komunal, sehingga FS berani mengambil keputusan berbeda
                    dari Petunjuk Teknis.
                5.  Mengutamakan  kelompok paling  rentan  dalam  kelompok
                    dampingan misalnya  disabilitas, lansia,  keluarga miskin
                    daripada kelompok mapan dalam satu kelompok yang sama.

                Penataan  Aset RO I  Tahun 2022  dan RO II  Tahun 2023  di
            Kabupaten Bantul, dalam konteks Redistribusi Tanah dan Legalisasi
            Aset, tidak terjadi  karena SRA sudah dilekati  hak milik atas tanah
            hasil legalisasi aset sebelumnya. Akan tetapi, untuk konteks Penataan
            Aset secara umum, rekomendasi terhadap Penataan Aset agar inklusif
            dapat dimulai dengan memberikan hak sesuai subyeknya, biasanya
            disabilitas  yang masih bisa mengambil keputusan  diwakilkan  oleh
            kerabatnya  yang  non disabilitas  karena disabilitas dianggap  tidak
            mampu. Penerbitan alat bukti hak yang dapat diakses oleh disabilitas
            juga penting, misalnya alat bukti hak elektronik yang dapat dibaca
            oleh pembaca layar. Memberikan pelayanan hak atas tanah pada setiap
            WNI  tanpa membedakan jenis kelamin  dan  ekspresi  gender juga
            penting agar setiap WNI tidak tertinggal dalam agenda pembangunan.



                                                                 BAB IV  209
                                           Evaluasi dan Rekomendasi Penataan Akses
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229