Page 68 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 68

kepada  pusat hingga mencapai 80 % (Baswir 1999  dalam Sulistiyani
            2017),  sementara  itu  berbagai  daerah  adalah  penyedia  sumber  daya
            modal pembangunan. Hal ini merupakan fakta bahwa logika “tetesan ke
            bawah” (tricle down effect) dari pendekatan ekonomi pertumbuhan tidak
            pernah  terjadi, namun justru menimbulkan  penghisapan/eksploitasi
            dan  akumulasi  alih-alih  pembangunan  dan  distribusi.  Bahkan,  pada
            periode tersebut, struktur ekonomi oligarkis sudah muncul (Andriono
            1999 dalam Sulistiyani 2017).
                Pendekatan  ekonomi  pertumbuhan  tidak hanya menimbulkan
            ketimpangan di sektor agraria dalam bentuk kepemilikan modal dan
            penguasaan lahan serta aset negara oleh para konglomerat domestik
            dan asing, tetapi juga ketimpangan pada (a) rasio akses pendidikan
            menurut gender sebesar 3 (laki-laki) : 1 (perempuan) pada 1971-1990
            (BPS 1983-1996 dalam Sulistiyani 2017); dan (b) penyerapan fasilitas
            kredit antara pertanian (7,6 % - 7,5 %) dengan sektor perindustrian
            (34,2 % - 33,3 %); perdagangan (32,8 % - 26,1 %); dan jasa (18,7 %
            - 22,4 %) selama 1985-1993 (Hasibuan 1994 dalam Sulistiyani 2017),
            sementara itu proporsi produksi dan penyerapan tenaga kerja nasional
            di  sektor  pertanian  lebih  tinggi  daripada sektor-sektor  lainnya,
            berturut-turut  sebesar 24,4  dan 55,9 (1980);  22,7  dan 54,7 (1985);
            19,5  dan 49,2 (1990), namun nilai  produktivitas  sektor  pertanian
            menurun tajam  dengan  penyerapan tenaga  kerja  yang  melandai,
            pada 1991 sektor industri mulai mengimbangi dan melampaui sektor
            pertanian (Djojohadikusumo 1994). Penurunan produktivitas lahan
            tersebut  menandakan gejala  penurunan daya dukung  lahan,  baik
            karena degradasi kesuburan tanah (masalah ekologis) dan minimnya
            daya beli petani (masalah sosial ekonomi) terhadap sarana produksi
            seperti benih dan pupuk (Antoro 2006).

            1.   Pemberdayaan Masyarakat;  Pemberdayaan Hak  atas  Tanah;
                Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM) dan Penanganan Akses
                Reforma Agraria (PARA)
                1)  Pemberdayaan Masyarakat: Pengertian, Kaidah, dan Strategi
                    Pelajaran penting dari sejarah pembangunan di era Orde Baru
                    ialah pendekatan pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan



                                                                 BAB III  53
                                                    PENATAAN AKSES INKLUSIF
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73