Page 70 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 70

Isu pemberdayaan masyarakat dekat dengan pembangunan
                    masyarakat/komunitas,     menurut     Widjaja    (2003)
                    pembangunan masyarakat/komunitas merupakan  usaha
                    untuk meningkatkan kemampuan dan  potensi komunitas,
                    sehingga komunitas/masyarakat dapat menentukan identitas,
                    status  dan martabat  untuk hidup  dan mengembangkan
                    kemandirian mereka dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya.
                    Tujuan  pemberdayaan masyarakat ialah memampukan
                    dan    memandirikan    masyarakat    dari   kemiskinan,
                    kesenjangan,  ketimpangan,  dan  keterbelakangan  baik
                    keterbelakangan struktual maupun kultural (Usman 2004).
                    Sedangkan Sulistiyani (2017) berpendapat bahwa  tujuan
                    dari pembangunan  masyarakat  adalah  untuk  membentuk
                    individu dan  komunitas  yang  mandiri,  termasuk  dalam
                    bertindak  dan mengontrol  apapun  yang mereka lakukan.
                    Kemandirian menunjukkan karakteristik  yang  mampu
                    berpikir,  memutuskan,    dan   memecahkan     masalah
                    mengandalkan kemampuannya sendiri.
                    Pemberdayaan masyarakat mempunyai kaidah-kaidah
                    agar mencapai  tujuannya.  Chambers (1995)  berpendapat
                    bahwa kaidah-kaidah  pemberdayaan masyarakat  antara
                    lain: berpusat ada masyarakat (people-centered); partisipatif
                    (participatory),  mendayakan     (empowerment)     dan
                    berkelanjutan (sustainable). Pemberdayaan merupakan
                    proses mengembangkan, memandirikan,  menswadayakan,
                    memperkuat  posisi  tawar  masyarakat terhadap  kekuatan-
                    kekuatan penekaan di sekitarnya (Eko 2002).
                    Dalam  pemberdayaan, masyarakat bukan lagi  diposisikan
                    sebagai  objek  penerima manfaat (beneficiaries)  yang
                    menggantungkan dirinya  pada pemberian  pihak  luar,  baik
                    negara maupun swasta; melainkan berposisi sebagai subjek
                    (agent, participant)  yang bertindak mandiri  (Cholisin,
                    2011). Eko (2002) menambahkan, ketika upaya kemandirian
                    masyarakat tercapai, bukan berarti negara dapat mengurangi
                    atau menghilangkan kewajibannya dalam pelayanan publik;



                                                                 BAB III  55
                                                    PENATAAN AKSES INKLUSIF
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75