Page 37 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 37

20    AN Luthfi, Dwi Wulan TA, Dian Aries M.

                 Namun  demikian  sampai  sekarang  belum  ada  hasil  tindak
            lanjutnya  mengenai  rapat-rapat  yang  telah  dilakukan,  sehingga
            permasalahan  sengketa  tanah/aset  eks.  PTPN-II  tersebut  makin
            tidak jelas penyelesaiannya karena sikap dari PTPN-II atau Menteri
            Negara BUMN yang tidak bersedia melepaskan tanah/aset PTPN.
                 Lambatnya penerbitan ijin pelepasan aset dari Menteri BUMN
            mengakibatkan  permasalahan  semakin  sulit  diselesaikan,  karena
            penggarapan  oleh  masyarakat  semakin  luas  termasuk  dalam  areal
            HGU  yang  diperpanjang,  juga  mengakibatkan  pemerintah  Kabu-
            paten/kota ada yang telah menerbitkan Ijin Mendirikan Bangunan
            (IMB)  kepada  pengembang  dan  ada  pembangunan  perumahan  di
            areal  PTPN-II  baik  yang  diperpanjang  maupun  yang  telah  dikelu-
            arkan dari HGU.
                 Secara  yuridis,  tanah/aset  eks.HGU  PTPN-II  sesuai  Undang-
            Undang No.86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Peru-
            sahaan Milik Belanda, sebagaimana Pasal 1 UU No. 86 Tahun 1958
            jo. PP No. 2 Tahun 1959 dan UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan
            Usaha Milik Negara (BUMN) serta SK Kepala BPN Nomor 42, 43 dan
            44/HGU/BPN/  2002  dan  Nomor  10/HGU/BPN/2004,  memang
            merupakan  tanah/aset  Negara  dan  baru  dapat  dilepas  apabila  ada
            pelepasan dan pencoretan aset.
                 Upaya penyelesaian masalah pertanahan PTPN II salah satunya
            adalah Landreform yang pada hakikatnya adalah redistribusi tanah
            yang bertujuan untuk menata kembali penguasaan, pemilikan dan
            pemafaatan  tanah  untuk  petani.  Pada  dasarnya  kondisi  areal
            5.873,06  Ha  tersebut  sudah  tidak  seluruhnya  merupakan  tanah
            pertanian,  sebagian  sudah  masuk  areal  perkotaan.  Maka  perlu
            disiapkan strategi dan perangkat hukum penyelesaian untuk tanah-
            tanah  yang  sudah  masuk  perkotaan,  antara  lain  dengan  pengga-
            bungan program redistribusi dengan konsolidasi tanah perkotaan.

            D.  Bekas HGU PTPN III  di Martoba, Pematang Siantar
            PTPN  III  (Persero)  Kebun  Bangun  (dahulu  PTP  IV)  merupakan
            bekas  konsesi  perkebunan  Simbolon  eks  Perusahaan  Horison  dan
            Crossfield (perusahaan perkebunan Inggris) yang menerima konsesi
            dari perusahaan perkebunan Belanda kemudian terkena nasionali-
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42