Page 43 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 43

26    AN Luthfi, Dwi Wulan TA, Dian Aries M.

            rikan oleh Negara kepada rakyatnya atas obyek tanah tertentu yang
            berada di atas areal tanah bekas HGU.
                 Dalam  hal  ini  kepentingan  rakyat  berkaitan  dengan  hak-hak
            yang dapat dikuasai dan dimiliki atau dapat diberikan oleh negara
            kepada  rakyatnya  atas  obyek  tanah  tertentu  yang  berada  di  atas
            areal  tanah  bekas  HGU.  Seperti  dalam  Undang-Undang  Nomor  5
            Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
            pasal 14 ayat (1) yang menyatakan   “Pemerintah membuat Rencana
            Umum persediaan, peruntukan bumi, air dan  ruang angkasa  serta
            kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
                 Idealnya  atas  dasar  pasal  14  (1)  dan  (2)  UUPA  tersebut
            kemudian diterbitkanlah Undang-Undang tentang Penataan Ruang,
            yaitu Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 yang telah diperbaiki
            dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.  Kemudian dalam
            Pasal 14 ayat 2 : “Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat (1)
            Pemerintah Daerah mengatur persediaan, peruntukan dan penggu-
            naan bumi, air dan  ruang angkasa  untuk daerahnya, sesuai dengan
            keadaan  daerah  masing-masing.  Hal  ini  sebagai  latar  belakang
            pelaksanaan  Otonomi  Daerah  khususnya  mengenai  kewenangan
            daerah  dalam  mengatur  persediaan,  peruntukan  dan  penggunaan
            bumi, air dan  ruang angkasa  untuk daerahnya masing-masing.
                 Hal ini tentunya menjadi kendala untuk memberikan kepastian
            hukum  tentang  penguasaan  dan  pemilikan  tanah  di  Kota  Pema-
            tangsiantar.
                 Demikian juga daerah-daerah lain, penetapan tata ruang wila-
            yah  provinsi  dan kabupaten  masih  berjalan lambat  karena sampai
            tahun  ini  saja  masih  banyak  daerah  yang  belum  menetapkan
            RTRWP maupun RTRWK. Sebagai solusinya, instansi terkait harus
            segera menuntaskan kebijakan ini sebagai acuan pembangunan dan
            alokasi ruang untuk kehidupan, yang dapat dijadikan dasar dalam
            penempatan perijinan, pemanfaatan ruang, dan administrasi perta-
            nahan supaya dapat mendorong investor untuk berinvestasi. Begitu
            pentingnya,  kepastian  tata  ruang  wilayah  provinsi  dan  kabupaten
            ini untuk segera diselesaikan mengingat pelaku usaha perkebunan
            dan pertambangan seringkali dihadapkan kepada status lahan dan
            kawasan hutan. Dengan demikian penyelesaian RTRWP dapat men-
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48