Page 862 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 862

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

               negara yang dapat menjadi obyek reforma agraria meru-
               pakan tahapan yang sangat krusial. Per definisi, tanah negara
               adalah bidang-bidang tanah yang tidak dimiliki perorangan
               atau badan hukum dengan hak tanah tertentu yang dite-
               tapkan dalam UUPA dan peraturan pelaksanaannya, dan
               dengan demikian dikuasai langsung oleh negara. Terhadap
               tanah semacam ini kekuasaan negara bersifat penuh dan
               mutlak: negara sebagai “Badan Penguasa” (bukan pemilik)
               dapat mengatur peruntukan tanah ini dan menentukan hu-
               bungan hukumnya dengan seseorang atau badan hukum
               dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peruntukan yang
               telah ditentukan. Apabila tanah tersebut telah diberikan
               negara dengan suatu hak tertentu kepada perseorangan atau
               badan hukum, maka dengan sendirinya kekuasaan negara
               telah dibatasi oleh isi dari hak itu.
                   Meskipun demikian, dalam faktanya kekuasaan negara
               atas tanah-tanah yang belum dipunyai oleh seseorang atau
               badan hukum ini sedikit banyak dibatasi pula, misalnya oleh
               hak ulayat dari kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat.
               Bilamana menurut kenyataan masih terdapat hak-hak ulayat
               sedemikian ini, maka kekuasaan negara atas tanah-tanah
               tersebut tidak bebas sepenuhnya. Begitu juga terhadap ka-
               wasan hutan yang secara legal juga tanah negara, tidak bisa
               diberikan suatu hak tertentu sampai ia dilepaskan terlebih
               dulu dari status kawasan hutan (cf. Gautama, 1997). Dengan
               demikian, tidak semua tanah negara dapat dengan bebas
               dijadikan sebagai obyek reforma agraria.
                   Dari segi lain, dengan memperhatikan karakteristik
               sebaran penduduk di Indonesia, maka penyediaan tanah
               yang dialokasikan sebagai obyek reforma agraria juga perlu

                                                                  815
   857   858   859   860   861   862   863   864   865   866   867