Page 17 - MODUL PEMBUNUHAN
P. 17

1.  Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Badan
                           Sanksi  jarimah  takzir  yang  berkaitan  dengan  badan  ada  dua  macam,  yaitu:
                     hukuman mati dan dera.
                     a. Hukuman Mati
                            Hukuman mati merupakan sanksi yang dikenakan kepada pelaku jarimah kisas
                     dan hudud, di antaranya pembunuhan sengaja, zina muhsan, riddah, perampokan dan
                     lainnya  sebagaimana  telah  dijelaskan  sebelumnya.  Hanafiyah  dan  Malikiyah
                     membolehkan  hukuman  mati  bagi  para  residivis  yang  telah  bekali-kali  melakukan
                     kejahatan yang sama dan dalam jarimah homoseks. Malikiyah dan Hanabilah juga
                     membolehkan hukuman mati bagi mata-mata muslim untuk melawan kaum muslimin,
                     tetapi Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i tidak membolehkannya.
                           Dari pendapat-pendapat itu, tampaknya fukaha sependapat bahwa hukuman mati
                     dalam takzir dibolehkan, tetapi mereka berbeda dalam hal bentuk jarimah takzir apa
                     yang  dapat  dikenakan  saknsi  hukuman  mati  tersebut.  Mereka  juga  mensyaratkan
                     bahwa hukuman mati dapat dikenakan bila pelaku adalah residivis yang tidak lagi
                     mampan dengan sanksi lain. Demikian juga harus dipertimbangkan dampak kemasla-
                     hatannya bagi masyarakat dalam mencegah kerusakan dan kemungkaran.
                     b. Dera
                           Dera merupakan salah satu sanksi dalam jarimah takzir. Fukaha telah sependapat
                     menganai penggunaan dera atau cambuk sebagai sanksi dalam jarimah takzir seperti
                     pemalsuan stempel baitul mal, percobaan perzinaan, pencurian tidak sampai nisab dan
                     sebagainya. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah atau
                     kadarnya.
                           Menururt Hanafiyah Syafi'iyah, jumlah dera tidak boleh melebihi batas sanksi
                     had.  akan  tetapi,  sebagian  Syafi'iyah  dan  Hanabilah  berpendapat  bahwa  batas
                     maksimal  sanksi  dera  dalam  jarimah  takzir  adalah  sepuluh  kali.  Berbeda  dengan
                     pandangan  itu,  Malikiyah  berpendapat  bahwa  dera  dalam  jarimah  takzir  boleh
                     melebihi sanksi had selama mengandung maslahat.
                           Dalam  kaitan  ini  tentu  akan  bijak  bila  dilihat  dari  bentuk  jarimahnya.  Bila
                     percobaan perzinaan misalnya, sanksinya tentu kurang dari seratus kali dera dan bila
                     tidak ada ketentuan hadnya, tentu hakim harus mempertimbangkan kemaslahatan bagi
                     pelaku dan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
                           Pelaksanaan sanksi dera hendaklah menggunakan alat berupa cambuk ukuran
                     sedang atau tongkat sedang dengan cambukan yang lebih keras daripada cambukan
                     dalam sanksi had menurut Hanafiyah, akan tetapi fukaha yang lain menyamakannya
                     dengan  cambukan  dalam  sanksi  had.  Bila  yang  didera  adalah  laki-laki,  baju  yang
                     menghalangi  cambuk  sampai  ke  badan  harus  dibuka,  tetapi  bila  perempuan,  tidak
                     boleh  dibuka  agar  auratnya  tidak  tampak.  Demikian  pula  sasaran  cambukan  tidak
                     boleh muka dan tempat-tempat dari badan yang dapat membahayakan nyawanya atau
                     membuatnya cacat.
                        2.  Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Kemerdekaan
                           Bentuk  sanksi  yang  termasuk  dalam  golongan  ini  adalah  penjara  dan  peng-
                     asingan.





                                                                                                      7
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22